Pendidikan di negara ini memang tidak mengenal ampun bagi peserta didiknya. Bayangkan saja, seseorang dengan otak yang sederhana dipaksa mempelajari lebih dari 5 mata pelajaran (SD), lebih dari 10 mata pelajaran (SMP dan SMA). Lebih tidak mengenal ampun, ternyata masing-masing mata pelajaran memiliki substansi dan tujuan yang berbeda-beda. Ketika dua jam pertama dimulai, seorang siswa SD harus belajar matematika. Lalu tanpa istirahat subjeknya berganti menjadi bahasa Indonesia. Siswa SMA ketika jam pertama mempelajari biologi, jam kedua harus belajar bahasa Inggris. Coba lihat lagi di masing-masing mata pelajaran. Wow...ternyata, setiap mata pelajaran memiliki lebih dari 100 subjek mata pelajaran. Apa otak orang Indonesia mampu tuh? Ketika kemarin saya bertanya kepada rekan saya yang kuliah di jurusan Arsitektur UH. "Apa kamu masih ingat pelajaran tentang reaksi-reaksi senyawa sederhana di kimia SMA?". Teman saya menjawab "Pelajaran apa itu? Saya sudah lupa, yang saya bawa dari SMA saat ini hanya matematika dan bahasa Inggris, yang lain nothing!". Komentar teman saya yang lain lagi dengan pertanyaan yang sama "Tidak ada yang berkaitan antara pelajaran SMA dengan kuliah saya saat ini, jadi saya tidak ingat apa-apa!". Teman saya yang satu itu lulusan SMA jurusan Ilmu Sosial dan masuk kuliah di jurusan Arsitektur UH. Pastilah!! Apa anda pernah menghafal tabel periodik yang dipelajari di Kimia SMA? atau pernah menghafal beberapa rumus dasar dan koefisien yang digunakan dalam mempelajari fisika inti? Atau lebih parah lagi, anda masih ingat dengan hafalan butir-butir P4 dari Pancasila di pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan? Apa gunanya semua pelajaran itu bagi anda sekarang?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H