PENDAHULUAN
Keamanan data menjadi isu yang tidak pernah padam sejak dulu, terutama sejak
era digital yang semakin berkembang. masyarakat saat ini masih awam dengan cara
melindungi data pribadi mereka, terutama pada orang tua dan anak-anak yang baru mulai
menggunakan media sosial, tak jarang mereka membocorkan data pribadi mereka.
Misalnya, anak-anak mereka seringkali memberikan akses akun dan password pribadi
mereka kepada orang lain, dengan alasan mendapat keuntungan tertentu, seperti dalam
permainan, padahal tanpa disadari anak tersebut akunnya telah digunakan oleh orang lain.
masyarakat saat ini cenderung menggunakan password dengan keamanan yang rendah,
seperti menggunakan tanggal lahir mereka yang dimana sangat beresiko untuk dibobol.
Keamanan data tidak hanya mencakup perlindungan informasi pribadi, tetapi juga
kestabilan sistem informasi organisasi dan pemerintah. Sebagai contoh, kebocoran data
pada sebuah institusi dapat mengakibatkan kerusakan reputasi, kerugian finansial, serta
potensi ancaman terhadap keamanan negara. Oleh sebab itu, masalah ini harus
memperoleh perhatian yang mendalam dari semua pihak terkait.
Pengguna perlu mengambil langkah proaktif dalam melindungi data pribadi
mereka. Beberapa strategi yang dapat diterapkan meliputi autentikasi dua faktor (2FA),
penggunaan kata sandi yang kuat dimana kata sandi berisi rangkaian huruf dan angka atau
simbol, pengaturan privasi media sosial, dan tidak membagikan informasi pribadi di
media sosial. Selain itu, enkripsi data merupakan peran penting dalam menjaga
kerahasiaan informasi, terutama dalam komunikasi dan penyimpanan berbasis cloud.
Masyarakat perlu diedukasi lebih jauh mengenai bijak bermedia sosial agar dapat
mengurangi kemungkinan data pribadi tersebar melalui media sosial mereka.
Laporan dari Badan Siber dan Sandi Negara tahun 2022 menunjukkan terjadinya
peningkatan yang signifikan dalam jumlah serangan siber yang menargetkan baik institusi
pemerintah maupun swasta di Indonesia (BSSN, 2021). Selain itu, kemajuan teknologi
seperti kecerdasan buatan turut menyebabkan ancaman. Banyak perangkat IoT yang
memiliki kelemahan dalam hal keamanan, sehingga rentan diretas dan dimanfaatkan
sebagai saluran untuk menyerang jaringan yang lebih besar (Kominfo, 2021). Selain itu,
kurangnya regulasi yang lebih rinci terkait teknologi ini menjadi tantangan besar dalam
upaya perlindungan data.
Peningkatan literasi digital merupakan faktor penting dalam mengurangi potensi
ancaman siber. Perlu ditekankan pentingnya pelatihan untuk mengenali tanda-tanda
serangan phishing serta cara melaporkannya kepada pihak yang berwenang. Sebagai
contoh, program edukasi literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah memberikan dampak positif dalam
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya keamanan data (Kominfo,
2021). Selain itu, literasi digital juga meliputi pemahaman terhadap kebijakan privasi
layanan digital. Banyak pengguna yang dengan mudah menyetujui kebijakan privasi
tanpa membacanya terlebih dahulu, yang membuka potensi eksploitasi data oleh pihak
ketiga. Oleh karena itu, edukasi tentang pentingnya membaca dan memahami kebijakan
privasi sangat penting untuk mengurangi risiko ini.
PENJELASAN
Teknologi keamanan data adalah elemen penting dalam strategi perlindungan
menyeluruh. Menurut (Microsoft, n.d.) solusi berikut dapat membantu mencegah
kebocoran data dan mendeteksi aktivitas mencurigakan:
1. Enkripsi Data: Terapkan enkripsi pada data statis dan data yang sedang
ditransfer untuk mencegah akses oleh pihak tidak berwenang.
2. Autentikasi dan Otorisasi Pengguna: Verifikasi kredensial pengguna dan
pastikan hak akses diterapkan dengan tepat. Sistem kontrol akses berbasis
peran memungkinkan organisasi untuk memberikan akses hanya kepada pihak
yang memerlukannya.
3. Deteksi Risiko Internal: Identifikasi aktivitas yang mungkin menunjukkan
adanya risiko atau ancaman dari dalam organisasi. Pahami konteks
penggunaan data, termasuk pemantauan unduhan, email yang keluar dari
organisasi, dan penggantian nama file yang bisa menunjukkan perilaku
mencurigakan.
4. Kebijakan Pencegahan Kehilangan Data: Susun dan terapkan kebijakan yang
mengatur cara pengelolaan dan pembagian data. Tentukan pengguna, aplikasi,
dan lingkungan yang memiliki izin untuk melakukan aktivitas tertentu guna
mencegah kebocoran atau pencurian data.
5. Pencadangan Data: Pastikan salinan cadangan yang akurat dari data organisasi
tersedia, sehingga administrator dapat mengembalikannya jika terjadi
kegagalan sistem, pelanggaran data, atau bencana lainnya.
6. Peringatan Real-Time: Otomatiskan pemberitahuan terkait kemungkinan
penyalahgunaan data dan terima peringatan terkait masalah keamanan
sebelum menimbulkan kerusakan pada data, reputasi, atau privasi karyawan
dan pelanggan Anda.
7. Penilaian Risiko: Pahami siapa saja yang memiliki akses terhadap informasi
data dan kebijakan keamanan Anda, termasuk karyawan, vendor, kontraktor,
dan mitra. Untuk mencegah penyalahgunaan data, penting untuk mengetahui
data yang dimiliki dan bagaimana data tersebut digunakan di seluruh
organisasi.
8. Pengauditan Data: Atasi isu-isu utama seperti perlindungan data, akurasi, dan
aksesibilitas melalui audit data yang dilakukan secara rutin. Pemberitahuan
audit dapat memberi tahu siapa yang mengakses data dan bagaimana data
tersebut digunakan.Â
Selain mengetahui solusi yang dapat mencegah kebocoran data penting untuk mengetahui resiko-resiko keamanan data yang sering terjadi. Berikut ini adalah beberapa resiko menurut (Binus University, n.d.):
1. Kebocoran Data (Data Breaches) Kebocoran data disebabkan oleh serangan siber,
kesalahan manusia, atau kegagalan sistem. Contoh kasus terkenal adalah
kebocoran data Equifax pada 2017 yang mengungkapkan informasi pribadi lebih
dari 140 juta orang.
2. Ancaman Orang Dalam (Insider Threats) Ancaman ini melibatkan karyawan atau
pihak dalam organisasi yang memiliki akses sistem. Kesalahan atau aksi disengaja
dapat menyebabkan kebocoran data.
3. Kelemahan pada Keamanan Sistem Sistem yang tidak diperbarui atau penggunaan
kata sandi lemah meningkatkan kerentanan terhadap serangan.
Untuk menghadapi berbagai ancaman ini, berikut adalah strategi untuk pengelolaan resiko:
1. Edukasi dan Pelatihan: Melatih karyawan untuk memahami praktik keamanan
yang baik dan mengenali tanda-tanda ancaman potensial.
2. Implementasi Teknologi Keamanan: Memanfaatkan firewall, perangkat lunak
antivirus, enkripsi, dan sistem deteksi intrusi guna melindungi data secara
menyeluruh.
3. Penyusunan Kebijakan Keamanan: Merancang serta menerapkan kebijakan
keamanan yang kuat untuk memastikan pengelolaan data dan akses sistem yang
aman.
4. Evaluasi Risiko Secara Rutin: Melakukan audit dan analisis risiko secara berkala guna mengidentifikasi serta menangani potensi kerentanan.
DAFTAR PUSTAKA
Binus University. (n.d.). Data Security: Pengertian, Jenis Serta Kegunaanya untuk
Keamanan Data.
BSSN. (2021). Laporan Tahunan Monitoring Keamanan Siber 2021 (compressed).
Kominfo. (2021). Status Literasi Digital di Indonesia 2021.
Microsoft. (n.d.). Apa itu keamanan data?
Keamanan Data: Definisi, Pentingnya, dan Jenisnya | Fortinet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H