Saat asyik berselancar di sebuah situs terpopuler masa ini ( tentu saja Facebook dot com ), salah satu teman maya sekaligus sahabat ngopi saya di sesekali malam bernama Joe ( kalau tak salah Joe 666 ID beliau di kompasiana ) ngotot merekomendasikan pada saya akan sebuah komunitas yang bernaung pada salah satu harian terkenal di Indonesia. Jejaring sosial berikut bernama Kompasiana dot com. Entah karena sungkan pada mas Joe atau karena iseng saya ( seiseng ketika saya berkelana tulis menulis komen di status Face book ). Mulailah saya nge-browsing kompasiana, dengan lagi2 iseng baca satu persatu artikel kiriman kompasianer2 se Indonesia, berlanjut dengan sign jadi member di site ini. Ternyata keasyikan tak berhenti dengan begitu saja, di sela kesibukan kerja yang sedikit banyak menghadiahi hari2 saya dengan kepenatan fisik maupun pikiran, ternyata kompasiana banyak menghadirkan sebuah relaksasi maupun beragam ilmu. "Wah bener juga mas Joe", kata saya dalam hati. Dan namanya juga manusia, saya merasa belum cukup puas jika hanya menikmati sebagai penonton di layar monitor komputer saya. Keinginan untuk juga menyumbang sebuah tulisan di kompasiana saya begitu kuat menggelitik perasaan saya, begitu kuatnya perasaan itu sekuat keinginan saya untuk mengkomentari setiap status iseng teman2 maya saya di fesbuk dengan komen2 tak kalah iseng dan jahil...
Tapi saya berusaha mengubur semua perasaan itu dengan semua pertimbangan yang menurut saya terlalu konyol. Yahhh tentu saja perasaan yang menurut saya wajar dialami bagi seorang newbie seperti saya. Perasaan yang benar2 membuat saya gamang yang pertama adalah malu, tidak Pede serta rasa takut untuk menulis karena nanti jangan2 hasilnya jelek. Kedua, karena saya melihat para member di kompasiana masing-masing berlatar dari bakat serta bekal yang memadai mulai seorang jurnalis, penulis, dosen dll..dll... sedangkan Seorang yang awam dalam menulis, berbekal pendidikan menengah tingkat atas partikelir dengan nol pengalaman, dangkal pengetahuan umum, awam politik, buta hukum, tak menguasai science, hobi browsing dan sedikit banyak yang saya kuasai hanyalah on line di Face book, itulah diri saya... jauuuuhhh...kakakakak... bisa jadi tulisan saya akan jadi bahan baca sebelah mata...
Lagi lagi Joe berperan sebagai peri baik hati pada saya, satu kata dari Joe yang melekat dalam benak saya yaitu jangan pernah malu untuk mencoba. "Menulis itu bukan dari Bakat, tapi niat dan nekat", katanya... Terlintas dalam pikiran saya akan sebuah kata singkat yang pernah saya baca ( entah saya lupa dari mana ) bahwa seoran yang disebut jenius adalah 99% adalah kemauan dengan berusaha keras sedangkan 1 % sisanya adalah bakat.. Desss.. sebuah pukulan pada saya.. Sejenak saya insaf, sampai detik ini pun saya belum pernah sama sekali menulis, belum barang secuil keinginan untuk mencoba untuk menulis... bagaimana saya akan tahu hasilnya?? bagaimana saya terus berpendapat bahwa nanti tulisan saya jelek?? bagaimana kalau nanti hanya jadi olok2an??? kalau ternyata saya sama sekali belum mencoba...
Cling... mulailah saya menulis...
Tema iseng yang akan saya kemukakan tentang sebuah "kritik". Menurut sudut pandang saya, kebanyakan kritik itu berkonotasi dengan cela. Sebagian besar orang tak kan senang dikritik ( umumnya, mengingat sekeliling orang di dekat saya begitu ), tapi sebagian besar orang itu suka mengkritik. Ambil contoh saja, ketika dengar salah satu lagu yang tidak kita suka dengan entengnya kita berkomentar " lagu apaan, liriknya ngampung musiknya gedubrakan... kalau ga niat bikin lagu ya jangan ngeband tho".. ( padahal belum tentu kita bisa buat barang satu lagu pun... ).
Lihat orang dandan sedikit menyolok saja kita ga bisa diem untuk ngomong" masa ampuunnn, kulit item aja pake baju merah celan 3 per empat pake sepatu ijo lagi", padahal belum tentu dandan kita bener...
Atau " mestinya bikin lagu itu mesti terkonsep.. jelas kiblatnya" atau " harusnya tuh cicak nyadar gimana bertingkah di komunitas buaya...", " harusnya si buaya mesti gini.. si cicak musti gitu..." bla.. bla.. bla..
Begitu mudahnya kritik keluar dari mulut kita untuk orang lain yang belum tentu kita jauh lebih lebih baik ketimbang individu atau pun kelompok yang kita kritik. Tapi, apa iya kritik itu selalu kata2 pedas. Atau kata2 yang mencela?. Pantaskah kita untuk mengkritik orang lain? mengingat bahwa sebagian besar orang memiliki sebuah ego, sifat individual yang bagaimanapun tidak akan bisa dikesampingkan. Perasaan lebih baik, lebih mampu dari orang lain. Sifat dimana manusia membutuhkan sebuah pengakuan dari lingkungannya. Karenanya tidak mudah bagi kita untuk menerima sebuah kritik.
Akan tetapi, seandainya juga kita mampu ber introspeksi diri. Kita mau berlapang dada untuk membuka diri pada orang lain. Kritik bisa jadi merupakan sebuah peringatan, sebuah rambu untuk diri kita bersosialisasi. Salah satu ungkapan yang sangat sangat saya ingat, ungkapan singkat, lucu tapi menurut saya tepat adalah ungkapan yang saya kutip itu berbunyi begini " bahwa terkadang musuh kita berkata benar", ambil contoh, ada musuh yang membenci kita ( ya tentu saja musuh itu benci kita, kalau sayang namanya kekasih he..he.. ) misalnya, mereka memanggil kita " hei hidung pesek", buat anda yang berhidung pesek atau menyebut kita " item, sini kamu ", buat anda yang berkulit hitam muda.. kakakak... Memang benar kan hidung kita pesek?? GAk salah kan kulit anda item?? musuh kita berkata jujur, benar. tapi apa iya kita ga marah disebut demikian??
Tapi, seandainya kita mau berlapang dada mau menerima semua kebenaran itu.. kita gak akan marah, seandainya sebuah kritik mampu menyadarkan kita, andaikan kritik berkata benar. Betapapun menyakitkan kita harus mampu menerima. Karena kita hidup membutuh kan sebuah rambu, sebagai peringatan atau sebagai cermin untuk introspeksi. seandainya... iya tak kan ada kasus Pritasari, tak kan muncul si A yang dipanggil menghadap beliau karena SMS.. dll.. dll...
untuk itu saya minta pada kompasianer, akan sebuah kritik pada tulisan saya... maklum juga baru belajar.. minta dukungan, serta masukan.. buat introspeksi... saya ingin terus menulis ... hik..hik..