Senja, di penghujung minggu.. Ditemani segelas mokacino dingin instan yang sekarang tinggal sepertiganya.. Sambil sesekali menghirup zat karbon dari kepulan asap tembakau filter. Kudapan di sisi kanan meja kayu persegi yang hampir lapuk, utuh tah tersentuh. Berbanding terbalik dengan asbak di sisi kiri meja yang tak terasa telah terisi 5 puntung rokok mati habis terhisap.. Andai saja organku mampu bicara, mungkin Paru2ku lah yang nomor satu paling depan demo koar2 berorasi, memprotes betapa tinggi asupan racun yang kusumbang padanya tiap hari. Entah masa bodoh atau aku memang tolol, toh dengan cueknya kebiasaan menikmati reaksi nikotin dalam tubuh masih saja kulanjut. Seperti sore menjelang malam ini, tidak habis satu setengah jam, 6 batang sudah rokok yang kunikmati. Itung2 sebagai penyumbang cukai negara ha..ha..
Sekilas kulirik sebuah harian terbitan Ibukota yang tergelatak di sudut meja, dengan headline koran terbaca jelas. Hehhh.. bosen tiap hari masih dengan tema yang itu2 melulu.. CIcak, Buaya, kambing, beringin dan sebagainya dan seterusnya.. Paling juga gak habis tahun kasus amblas tak berbekas, laiknya tetesan spirtus di lantai terik.. Ha..ha.. terlalu skeptis memang, tapi itu hanya berdasar empiris di otakku. Tentu saja, negara ini masih berputar putar di radius Korupsi, korupsi dan korupsi. Berantas korupsi? Susah, mencabut pohon beserta akar bisa disebut tak mungkin. Lha wong pohonnya sudah segede "Giant Sequoia" ( sebuah pohon tertinggi dan terbesar di dunia ).
Slurrrpp... Kembali ku teguk seperempat gelas mokacino dingin sembari menyalakan batang ke tujuh rokokku. Adzan Maghrib sayup2 terdengar di kejauhan ( maklum, jarak masjid ke rumah sekitar 1500 meter ), aku masih enggan beranjak dari tempat bersantai. Namanya juga manusia, mendengar sebuah panggilan kebaikan ( adzan ) susah bergeming, akan tetapi ajakan untuk mudharat cepet banget ditanggapi.. hehhh.. Angan2 ku kembali ke warta yang dulu sempat hangat, tentang terbunuhnya seorang gembong terorist. Pemerintah yang dengan sigapnya mampu membongkar salah satu jaringan kelompok teror berbahaya, dimulai dari hasil penelusuran TKP serta penetapan Mr. X sebagai tersangka ( karena pelaku saat itu belum diketahui ) dan berakhir dengan tereksekusinya beberapa gembong dan tertembak mati di tempat beberapa pelaku teror. Hebat.. Lima acungan jempol untuk pihak berwenang.
Tapi mengapa pada kasus korupsi, yang jelas2 subyek dan predikatnya selalu terbentur jalan buntu? Awalnya saja diberitakan dengan hangat2 tai ayam, lalu memanas bagai air mendidih dalam ketel dan busshhh.. menguap..
Hahhh.. asap putih mengepul dari bibir dan serta kepulan tipis dari kedua lubang hidungku.. Sejenak aku tesenyum, mengapa aku harus ikut ambil pusing? toh sudah ada yang diberi kewenangan dalam menangani masalah ini, mungkin negara kita butuh seorang yang berkemampuan seperti Rommy Rafael, dengan hipnotisnya mampu menelanjangi pejabat korup di depan media, mampu mensugestikan pada pihak yang bertanggung jawab atas terbenamnya daerah oleh banjir lumpur, kebakaran hutan ataupun radiasi Pembangkit tenaga nuklir dan sebagainya. Dan yang kedua adalah Seorang hebat seperti Deddy Corbuzier yang mampu menghilang, maupun lolos dari peti kurungan tatkala para Koruptor2 menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisi oknum yang dianggap membahayakan posisi mereka. Cukup? belumlah.. Yang terakhir kita mungkin butuh 10 trilyuner guna memberi dana talangan buat membeli peradilan serta suap pada pihak berwenang menjebloskan para koruptor ke tahanan guna memerima hukuman akibat menyengsarakan dengan memakan uang rakyat.. Lho??? uhukkk..uhukkk.. aku terbatuk2 akibat paru2ku terlalu banyak menampung nikotin, tar, zat karbon serta ribuan gas beracun lainnya... hehhh... agaknya aku harus insaf untuk mengurangi rokok dan mulai berhenti berpikir konyol... dasar aku orang bodoh... harap maklum..!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H