Mohon tunggu...
Kahtan
Kahtan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Terkadang kita perlu mundur selangkah untuk melompat jauh kedepan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Metamorfosa Manusia oleh Pandemi

31 Agustus 2021   20:26 Diperbarui: 31 Agustus 2021   20:47 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kupu-kupu yang indah tidak lahir begitu saja. Tidak ada seekor kupu-kupu yang sejak kecil telah memiliki sayap yang rupawan dengan keelokan gradiasi warnanya. Ia merupakan hasil perubahan yang memakan waktu, proses, serta pengorbanan dari seekor ulat -yang terkadang kita geli untuk mendekatinya. Pun juga, sebuah pelangi tak datang ketika langit dan alam sedang baik-baik saja. Tetapi ia akan muncul setelah badai dan hujan yang kelam, bahkan bisa menyeramkan.

                Pandemi Covid-19 bisa dianalogikan sebagai badai yang menerjang dan kita merupakan seekor ulat yang sedang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu nan indah. Kesulitan, kelaparan, kematian, dan segudang permasalahan lainnya sangat terasa bagi semua warga dunia, begitu juga kita. Menjaga kesehatan menjadi perhatian utama bagi setiap khalayak, mau itu muda-tua, miskin-kaya.

                Berjuang untuk tetap bertahan dimasa sulit tidak semudah menggulung lengan baju. Apalagi kerabat, tetangga, atau bahkan keluarga kita sudah lebih dulu menuju alam ketenangan. Hal itu pasti sangatlah sulit dan sangat menyedihkan. Tetapi dibalik kesulitan yang kita hadapi, disana masih ada secercah harapan dan kemudahan. Lalu bagaimana kita mengambil nilai dari musibah ini ?

Tidak perlu hal yang terlalu jauh, kita masih bernafas sampai detik ini adalah anugerah yang tidak ternilai oleh apapun. Bisa dibilang, ini adalah kehidupan kedua. Dalam artian memiliki kesempatan untuk berjuang bertahan hidup. Di masa puncak pandemi, kita seakan berada diujung kehidupan, diselimuti ketakutan, diterjang kelaparan, dihantui perekonomian negara yang terus terpuruk. Maka dari itu, kita dapat mengambil pelajaran dari kesempatan dikali kedua ini.

Mengingat pandemi yang lambat laun akan berubah menjadi endemi, kita perlu memulai pola hidup sehat. Memperbaiki asupan makan, menjaga kebersihan, dan rajin berolahraga. Kemudian, mulai belajar mengatur keuangan (Money Management). Kita tidak perlu kuliah untuk bisa mengatur keuangan dengan baik dan benar, karena kita tidak mengatur keuangan korporasi atau negara. Untuk kebutuhan pribadi kita bisa dengan prinsip dasar mengatur uang, mulai dari dana simpanan, investasi, pengeluaran, dan pertimbangan dalam membelanjakan uang. Memprioritaskan kebutuhan primer diatas kebutuhan sekunder.

Memperbaiki hubungan dengan keluarga. Berada dirumah selama 24/7 (setiap hari) pasti akan menimbulkan pergesekan. Bagai sebuah batu, tidak mungkin sebuah batu yang bertemu tidak menimbulkan gesekan, yang perlu kita perbaiki adalah bagaimana cara batu itu bertemu. Apakah dibenturkan atau bahkan digesek dengan kecepatan tinggi hingga mengasilkan percikan api. Padahal kita bisa menyusun batu-batu tersebut menjadi sebuah bangunan yang kokoh dan menjadi sebuah mahakarya. Pokok persoalannya pada bagaimana kita berkomunikasi satu sama lain, komunikasi menjadi asas dalam setiap hubungan.

Setiap individu dari kita pasti memilki pengalamannya masing-masing, sebagai cerita kehidupan yang dimana kita adalah tokoh utamanya. Dengan kata lain manusia seperti novel berjalan. Sebagai tokoh utama dari skenario Tuhan, kita tetap punya andil dan kewenangan atas apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah kita menjadi tokoh utama yang bangkit dan berjuang dengan akhir indah, atau sebaliknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun