-sebuah sajak untuk Simbok- Dikerut dahimu aku selipkan kemanjaan Tanpa panas, di telapakmu aku merasa hangat Terasa aku memiliki setiap detik waktu, tanpa tehitung jemari Kuuntai sejuta sorot mata itu menjadi sebuah jiwa, aku tertidur didalamnya Engkau ceritakan tentang gembala dan tuannya, yang santun mnyentuh pucuk hijau rerumputan Dan dalam keheningan gerimis, dipunggungmu engkau mnguatkan aku Masa itu tak pernah padam dan terbenam, karena berpuluh petuahmu mendewasakan aku "Seroja di bukit batu..." ah, aku mendengarnya... Aku berenang di tetes air matamu, untuk hari yang tak pernah menjadi sore Engkau siapkan pakaian sekolahku, aku cium tanganmu dan kita mulai berdoa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H