Mohon tunggu...
Kahlil Ahmad Gibran
Kahlil Ahmad Gibran Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Filsafat yang suka Sambat

Doyan rebahan, tidur sama makan kol goreng.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ketakutan akan Kematian, Perlukah?

4 Juli 2024   18:58 Diperbarui: 4 Juli 2024   22:45 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kematian. Satu kata yang mampu membangkitkan kecemasan banyak orang, apalagi jika dikaitkan dengan kehidupan setelah kematian, di mana perbuatan kita yang disebut pahala atau dosa akan dipertanggungjawabkan, mampu membuat banyak orang takut akan kematian. Seorang filsuf Yunani Kuno bernama Epicurus menawarkan pemikirannya yang berbeda dari yang lain, alih-alih menawarkan pemikiran mengenai keabadian, Epicurus malah menawarkan pemikiran yang membuat kematian sebagai hal yang tidak perlu ditakuti.

Kematian dan Sensasi

Epicurus memulai pemikirannya mengenai kematian sebagai akhir dari sensasi, banyak orang menganggap kematian sebagai sesuatu yang menyakitkan, menyiksa, dan penuh penderitaan. Menurut Epicurus, kematian merupakan akhir dari sensasi fisik, karenanya kematian tidak akan menimbulkan rasa sakit fisik yang menjadikan ketakutan akan kematian menjadi tidak beralasan.

Kematian dan Kesadaran

Pemikiran kedua dari Epicurus adalah bahwa kematian sebagai akhir dari kesadaran kita. Ketika seseorang meninggal, maka berakhir pula kesadaran, emosi, dan perasaannya, yang artinya tidak ada perasaan kecewa, sedih, marah, maupun ketakutan. Pada akhirnya ketakutan akan kematian karena takut merasakan takut atau sedih menjadi tidak beralasan.

Ketakutan akan Kematian, Perlukah?

Setelah mengetahui pemikiran Epicurus, seharusnya pemikiran mengenai kematian tidak lagi menakutkan, walaupun pada awalnya Epicurus dinilai mengabaikan aspek-aspek agama, namun pemikiran Epicurus sangatlah signifikan, khususnya mengenai kebahagiaan dalam menjalani hidup. Epicurus percaya dengan menghilangkan rasa takut terhadap kematian, maka hidup kita bisa bahagia.

Bukan artinya kita menjadi semena-mena dalam hidup, ugal-ugalan menyongsong maut, atau menyia-nyiakan hidup dengan hal-hal yang merusak, tapi untuk menghargai momen, menikmati waktu-waktu yang pendek, dan merayakan hal-hal yang sedang terjadi. Apa yang membuat hidup berharga karena kita tahu bahwa hidup akan berakhir, begitulah maksud Epicurus, jadikan setiap momen seperti terakhir kalinya.

"Hidup ini bernilai karena ada akhirnya, Nak. Percayalah. Aku ini Dewa. Jadi, aku tahu. Kalian manusia
fana tak tahu betapa beruntungnya kalian." - Mars kepada Frank Zhang, The Son of Neptune

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun