Mohon tunggu...
Kahlil Ahmad Gibran
Kahlil Ahmad Gibran Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Filsafat yang suka Sambat

Doyan rebahan, tidur sama makan kol goreng.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Kita Lebih Memilih Takut daripada Mencintai

27 April 2020   15:30 Diperbarui: 27 April 2020   15:28 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Momen Ramadhan ini menjadi titik dimana segala perbuatan kebaikan kita dilimpahkan balasannya, dan diampuni pula segala perbuatan yang menimbulkan dosa. Tapi disini saya tidak akan membahas keutamaan bulan Ramadhan karena kita semua pasti tahu keutamaan bulan tersebut, kali ini saya akan membahas inti dari ibadah kita, serta tujuan ibadah.

Pernahkah terpikir sekalipun ketika kita hendak melaksanakan ibadah ataupun selesai beribadah, bahwa apa tujuan kita beribadah? Untuk apa kita beribadah? Jikalau dijawab dengan bahwa kita diciptakan untuk menghamba itu sudah benar, tapi seringkali kita tidak memahami esensi menghamba tersebut. Dewasa ini jika kita bertanya ke sebagian besar orang, apa sebab kamu beribadah? Maka dijawab "untuk mendapat surga", "untuk mendapat pahala", "agar tidak diazab" dll. Saya tidak akan melabeli bahwa niat ini salah, tapi mungkin lebih terkesan materialistis.

Itulah kenapa saya sebut ibadah kita tidak memahami esensi ibadah tersebut, jika kita memahami keseluruhan niat kita dalam ibadah maka ucapan materialistis tersebut tidak akan keluar dalam mulut kita. Padahal setiap berniat kita sudah mengucapkan tujuan dan untuk apa kita beribadah, "untuk Allah semata". Jika niat ini sudah terucap, maka tidak ada tujuan lain yang harus dicapai. Karena Surga, pahala akan diberi jika kita mendapat ridho-Nya.

Lalu, saya agak terganggu dengan ucapan "takut diazab Allah" ketika kita lalai beribadah. Saya paham azab itu ada, tapi mengapa akhirnya azab itu menjadi generalisasi sifat Allah agar kita beribadah? Seakan-akan Allah adalah Dzat yang kejam dan tidak berbelas kasih. Mengapa tidak kita ganti dengan kalimat "saya takut mengkhianati cinta Allah"? Sungguh pun itu lebih enak didengar dan lebih memunculkan keikhlasan dalam hati, toh lagipula tanda cinta Allah lebih banyak kita temukan daripada tanda kemurkaan-Nya dan azab-Nya.

Semoga di bulan puasa ini, ibadah kita dilandasi cinta dan dengan tujuan Allah semata. Karena dengan cinta, ikhlas lebih mudah diraih dan akan diberi keringanan dalam mengerjakan nya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun