Mohon tunggu...
Kahla Sabrina Ayudeli
Kahla Sabrina Ayudeli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kotagede: Harmoni Sejarah, Budaya dan Arsitektur di Balik Omah Pesik

9 Oktober 2024   12:23 Diperbarui: 9 Oktober 2024   12:31 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   Dari luar, bangunan ini mungkin tampak biasa, terkesan sederhana di antara bangunan-bangunan tua di Kotagede. Namun, seperti banyak rahasia indah yang disimpan alam, setiap sudut Omah Pesik penuh dengan sejarah dan kebudayaan, yang hanya bisa benar-benar dirasakan begitu kita melangkah melewati pintu-pintunya yang besar dan penuh misteri.

   Sejak lahir, Jogja tak pernah berhenti membuatku takjub. Selalu ada sudut-sudut indah yang menanti untuk dijelajahi, seolah kota ini menyimpan kejutan baru di setiap langkah. Terutama bangunan-bangunan yang penuh sejarah dan arsitektur vintage, seperti Kotagede. Dengan jejak masa lalu dan pesona tradisional berpadu dalam harmoni yang tak lekang oleh zaman, Kota lama yang terletak di selatan Kota Yogyakarta ini merupakan pusat kerajinan perak yang juga menjadi saksi bisu kejayaan Kerajaan Mataram. Sebagai kawasan wisata sejarah, para wisatawan akan disuguhi berbagai situs bersejarah dan kekayaan budaya yang mengisahkan perjalanan masa lalu di setiap sudutnya.  Di antara lorong-lorong sempit dan jalanan berkelok, tersimpan arsitektur yang memancarkan keindahan masa lampau. Salah satunya adalah Rumah Pesik atau yang lebih akrab disebut Omah Pesik . 

     Hari itu, sinar matahari terasa sedikit menyengat, membuat udara terasa mendidih, seakan dapat membakar kulit dan memerahkan langit. Meski demikian, rasa penat seolah tak mampu menghentikan langkahku untuk mengobati pikiranku dengan mencari ketenangan di tempat ini. Setelah memarkir motor di sekitar pasar yang ramai, aku melangkah menelusuri gang-gang kecil, mencari peninggalan artistik yang terlukis dalam setiap sudut Kotagede. Langkahku terus membawaku sampai ke Omah Pesik, salah satu rumah kuno paling ikonik di Kotagede.  

     Ada pepatah yang mengatakan, "Mengunjungi museum adalah pencarian akan keindahan, kebenaran, dan makna hidup kita." Di antara lorong-lorong sempit yang menghubungkan gang-gang kecil di Kotagede, aku menemukan Omah Pesik, sebuah museum sekaligus rumah kuno keindahan yang merupakan perpaduan arsitektur Jawa dan Eropa. Tersembunyi di kawasan padat penduduk di Kotagede, bangunan berwarna hijau menyala ini menawarkan pemandangan menakjubkan dari arsitektur khas Jawa dengan pengaruh kolonial, dipenuhi ukiran kayu yang rumit dan dinding-dinding tebal yang menyimpan ribuan cerita. Omah Pesik merupakan rumah milik seorang pengusaha Kotagede bernama Rudy J. Pesik. Selain menjadi hotel, Omah Pesik juga berfungsi sebagai museum hidup yang menyimpan koleksi barang antik dan peninggalan sejarah keluarga bangsawan yang pernah mendiami rumah ini. Atas kecintaannya pada seni budaya, Rudy yang juga dikenal sebagai kolektor menyulap Rumah Pesik menjadi bangunan yang tiap sudutnya dihiasi ornamen bernilai seni tinggi

     Memasuki ruang tamu utama, aku langsung terhanyut oleh atmosfer yang disajikan.  Ruangan luas dengan langit-langit tinggi, pencahayaan redup, dan furniture kayu klasik serta keheningan membuat suasana didalam terasa sedikit mistis. Tour guide yang menemaniku mulai menceritakan sejarah rumah ini. Omah Pesik pertama kali dibangun oleh Raden Ngabehi Baho Winangun, seorang Abdi Dalem Kasultanan Yogyakarta yang didirikan pada 1840. Setelah meninggal, rumah ini kemudian dijual kepada orang yang berkebangsaan Eropa yang kemudian dijual ke Rudy Pesik. seorang pengusaha sukses di bidang logistik dan hingga sekarang rumah itu masih digunakan.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

    Aku melangkah lebih dalam, mataku terpaku pada koleksi yang tak hanya berasal dari Indonesia. Di sudut-sudut ruangan, terdapat porselen dari Belanda, patung giok , dan bahkan ornamen-ornamen eksotis dari Thailand.  Di atas langit-langit ruangan digantungkan lampu-lampu kristal besar berada bersama barang-barang antik , memberi kesan mewah. Dari apa yang disampaikan guide, Rudy Pesik, sang pemilik terakhir, adalah seorang kolektor yang jatuh cinta pada seni dan budaya lokal maupun mancanegara. Hasilnya, setiap bagian rumah ini menjadi galeri seni pribadi, dengan sentuhan elegan dan misteri yang seolah tak pernah habis untuk diperlihatkan.  Jika dilihat dari luar Tempat ini memang terlihat misterius. tak ada yang menyangka bahwa di balik gang-gang sempit ini tersembunyi sebuah rumah kuno dengan sentuhan arsitektur eksotis yang menggabungkan budaya Jawa, Eropa, Thailand, dan Yunani.  

      Untuk memasuki museum, pengunjung hanya perlu membayar Rp 25.000---harga yang terbilang murah untuk sebuah perjalanan menjelajahi peninggalan. Bahkan, jika hanya ingin menikmati secangkir kopi di kafe, pengunjung akan mendapatkan tour gratis yang disertai penjelasan mendetail tentang ribuan koleksi barang antik yang ada di dalamnya. Di depan pintu masuk, dua patung ksatria Romawi berdiri gagah, seolah menyambut para diriku dengan tombaknya. Di Belakang Patung tersebut  terlihat bangunan dua lantai dengan berwarna putih dan coklat dengan arsitektur ala Da Vinci. Di belakang kolam air mancur, berdiri bangunan lain dengan arsitektur Jawa yang penuh pahatan kayu bersama ksatria Romawi yang berdiri gagah, membawa tombak, seakan menjaga pintu gerbang menuju dunia kuno yang tersembunyi. Di seberang bangunan tersebut terdapat kafe dan resto untuk pengunjung yang ingin beristirahat setelah mengeksplor omah pesik  Salah satu bagian yang membuatku terkesan adalah koleksi foto-foto keluarga besar Rudy Pesik yang dipajang di dinding sepanjang tangga menuju lantai dua. Setiap potret tampak bercerita, bukan hanya tentang perjalanan hidup keluarga ini, tetapi juga tentang bagaimana mereka menjaga warisan budaya yang begitu kaya Omah Pesik benar-benar berhasil memanfaatkan sejarah dan kenangan dengan cara yang mengagumkan.

     Setelah berkeliling museum, aku memilih beristirahat sejenak di kafe dan restoran yang sunyi, membiarkan lelah meresap dalam tubuh sementara matahari masih bersinar terik di luar. Di tengah rasa penat dan hawa yang hangat, pikiranku melamun, terpesona oleh keindahan Omah Pesik. Tempat ini lebih dari sekadar perpaduan arsitektur Jawa dan Eropa; ada sentuhan eksotis budaya Thailand dan Yunani yang menghiasi setiap detailnya. Kunjungan ke Omah Pesik bukan hanya tentang menjelajahi bangunan bersejarah, tetapi sebuah perjalanan menuju masa lalu, di mana setiap sudut menyimpan cerita, menunggu untuk didengar dan dipahami. 

    Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Saat matahari perlahan tenggelam di balik tembok-tembok tua Kotagede, aku melangkah keluar dari Omah Pesik dengan hati penuh kebahagiaan. Setelah puas menjelajahi setiap sudut, aku tersadar betapa berharganya pengalaman ini—sesuatu yang tak mungkin kulupakan begitu saja. Ada rasa rindu yang tiba-tiba muncul, seolah tempat ini masih memanggilku untuk kembali. Pikiran tentang datang ke sini bersama teman-temanku terlintas ketika aku perlahan menjauh, membayangkan betapa indahnya jika mereka juga ikut merasakan pesona tersembunyi yang kutemukan di Omah Pesik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun