Mohon tunggu...
Nadhya Shafwah
Nadhya Shafwah Mohon Tunggu... mahasiswi -

Sebulir pasir yang ingin kokoh di tembok peradaban.. Mencoba menceritakan liku-liku kehidupan dari sudut lain pandangan orang-orang..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nadila, Dongkrak Popularitas Diri atau Polri?

25 Mei 2011   16:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:14 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Fenomena Polisi jilid II. Kalo dulu Briptu Norman, kini Nadila Ernesta. Hanya saja caranya beda. Nadila punya inovasi terkait publikasi dirinya di dunia maya. Tidak dengan mengunggah video ala Norman, tapi mengunggah foto syur dirinya bersama beberapa temannya.

Artis pendatang baru ini bergaya menggunakan topi polisi seronok dengan baju minim. Mabes Polri pun menanggapi foto seronok artis pendatang baru tersebutdan menindak lanjuti foto syur yang telah beredar di internet itu. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Pol Anton Bahrul Alam mengatakan Polisi  tengah meneliti keaslian foto itu.

Nadila pun terancam diperiksa kepolisian. Ia bisa dikenai pasal 207 KUHP karena melecehkan institusi. Namun hingga kini, Kabag Penerangan Umum Kombespol Boy Rafli Amar mengakubelum mengetahui motif Nadila berfoto seksi dengan menggunakan atribut polisi itu. Ia meminta masyarakat tidak menyalahgunakan atribut polisi untuk hal asusila.

Siapa yang diuntungkan dengan beredarnya foto tersebut? Kalo boleh saya rank :

1.Foto tersebut jelas diupload dengan maksud tertentu. Rating pertama saya tujukan kepada Nadila Ernesta selaku figur seleb. Dengan begitu, popularitasnya sebagai artis pendatang baru kian dikenal masyarakat, pihak entertaint, dll.

2.Penikmat produk sekular-liberal. Kalo ini saya rank di tangga kedua, saya yakin mereka juga bakal diuntungkan. Penikmat foto dan sejenisnya ini punya tameng kokoh di bawah hukum asasi, seni, kekebasan, dll.

3.Pihak polri itu sendiri. Tapi disini saya sedikit ragu. Dari sisi mana keuntungannya. Paling tidak probabilitas sebuah “nama” bisa naik kepermukaan untuk kedua kalinya setelah video lipsync ‘chaiyya chaiyya’ Briptu Norman.

Tidak salah mungkin tindakan yang dilakukan Nadila tersebut. Indonesia sebagai negara demokrasi tentu mengakui adanya kekebasan bertingkahlaku individu, terlepas itu melanggar nilai-nilai susila spiritual atau tidak, kalau terdapat kemaslahatan didalamnya kenapa tidak? semuanya bisa berubah menjadi suatu kebolehan. Hal ini pula yang mungkin dilakukan Nadila, kalau ia bisa lebih tenar dengan cara seperti ini kenapa tidak? Seandainya saja Nadila punya motif ‘baik’ dibalik itu, pihak polri bisa saja menerima dalihnya sebagai ‘bentuk kecintaan kepada polri’. Eww..

Gambaran bobroknya moralitas bangsa. Fenomena-fenomena seperti ini sudah bukan hal baru lagi, ia muncul disaat-saat yang memang diperlukan, saat menjadi pendatang baru atau ketika bintang mulai meredup, saat nama tak lagi 'menjual' atau kondisi-kondisi lain yang menuntut untuk dilakukan.

Beginilah jadinya kalau orientasi hidup hanya berkutat pada nafsu pribadi, kepuasan individu semata. Segala jalan maksiat apapun itu seolah setapak yang berujung di teras istana kehidupan. Semu-nya kebahagiaan dunia ini rela ditukar dengan berjuta kebahagian hakiki kelak. Tubuh, materi, kemampuan semua itu yang hanya titipan, lupakah? Wahai manusia nikmat Tuhanmu yang mana kah yang kamu dustakan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun