Mohon tunggu...
Kahfi Polusi
Kahfi Polusi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seniman logika

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Entah Apa

10 Oktober 2022   14:04 Diperbarui: 16 Oktober 2022   03:11 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lembayuneg di titik embun
Celetuk katak meminang hujan
Ke duanyaku sentuh
Lalu lalang goyahkan petang
Menyipak ladang hingga petualang lengah memandang
Selamat datang takdir
Berhasil hancurkan barikade hatiku
Dengan sejuta pahit dan getir
kueratkan genggaman demi sebuah senyuman
Ah... Otak ku dangkal tuk berkecimpung pada kerinduan
Jalannya tak seindah sentuhan mata
Menggores cerita
Hingga menyulam helai demi helai tangis dan tawa
Aku terlalu takut.
Takut pada rasa yang tak terbalas.
Gitar yang tak dapat ku petik,
Puisi yang tak dapat ku tulis,
Dan semua itu hanya akan mengingatkan bahwa luka yang tak memiliki suara.
Iyalah air mata yang jatuh tanpa bicara....
Akan kuatkah kaki yang melangkah bila di sapa duri yang menanti.?
Akan kaburkah mata yg meratap pada debu yg pasti kan hinggap.?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun