Mohon tunggu...
Kahfi
Kahfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat wacana sosial, politik, agama, pendidikan, dan budaya

Manusia bebas yang terus belajar dalam kondisi apapun, Jangan biarkan budaya menjiplak ditengah ekonomi yang retak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ego Merasa Benar

19 Agustus 2021   19:58 Diperbarui: 19 Agustus 2021   20:00 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada 2015 silam publik pernah dikejutkan dengan drama etik wakil rakyat yang berdampak atas pengunduran dirinya Setya Novanto sebagai ketua DPR RI, terlepas atas arahan yang diberikan penasihat hukum atau pun karena memang benar-benar merasa bersalah atas tindakannya yang telah menyelewengkan jabatan dengan mencatut nama presiden dalam pertemuan dengan komisaris freeport indonesia (red;papa minta saham).

Ada hal baru yang patut diperhatikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara baik oleh rakyat atau pun para pemangku jabatan di negeri ini yang lebih memperhatikan culture timur dibandingkan dengan culture barat. Dimana kehidupan yang dijalani haruslah mengikuti norma dan adat yang berlaku dalam aktfitas sehari-hari.

Sebagaimana adagium yang sering kita dengar "dimana bumi berpijak disitu langit dijunjung", yang bermaksud bahwa setiap tindakan haruslah memperhatikan budaya, adat, norma, dan aturan yang menjadi laku dalam aktifitas sehari-hari. Maka sudah sepantasnya kita mematuhi norma dan aturan yang berada dilingkungan sekitar kita.

Amat disayangkan, manakala tindakan pengunduran diri yang diambil oleh setya novanto hanyalah untuk menutupi kesalahan agar mendapat empati dari masyarakat dan menghindar dari hukuman etik yang belum sempat disebutkan oleh Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).

Oleh karena itu, penulis sempat tertarik menulisnya untuk mengajak pembaca budiman mengurai perasaan "merasa benar" yang dimiliki setiap individu manusia. Dimana perasaan merasa benar sendiri ini dapat diklasifikasi menjadi dua bagian. Pertama, merasa benar sendiri yang disebabkan pengetahuan yang dimiliki. Kedua, merasa benar sendiri tanpa pengetahuan, hanya karena tidak menerima saran dari orang lain.

Sebagaimana agama mengajarkan pemeluknya agar tidak pernah berlaku sombong, merasa paling benar (ujub), buruk sangka (su'udzhon), tidak merendahkan orang lain. Serta menganjurkan untuk rendah hati, tolong -- menolong, baik sangka (husnudzhon), dan nasehat--menasehati dalam kebaikan. Agar kehidupan menjadi berkah dan bermanfaat bagi manusia lain.

Sehingga akan lebih bijak manakala perjalanan tahun 2015 lalu, kita lakukan instropeksi diri guna mewujudkan impian yang belum tercapai dengan menyusun rencana yang lebih matang dan mengoreksi kesalahan yang terjadi diwaktu kemarin agar tidak terulang kembali ditahun mendatang. Maka sudah sepantasnya para pemimpin yang diberikan amanat oleh rakyat agar jangan sombong dan merasa benar sendiri hingga tidak pernah mendengar keluhan dari rakyat serta tidak menerima kritik dan saran konstruktif yang disampaikan oleh rakyat yang berada dibawah kepemimpinannya guna menyelesaikan problematika yang muncul.

Terlebih dalam periode kepemimpinan Jokowi-Jusuf Kalla selama 1 tahun kemarin mulai terasa dampak kepemimpinannya dengan kinerja yang ditunjukkan oleh kabinet kerja serta sosialisasi program "Gerakan Nasional Revolusi Mental" yang acapkali ditayangkan dalam media televisi. Dengan modal hal itu pula mengantarkan Jokowi terpilih untuk periode II yang berpasangan dengan KH. Ma'ruf Amin.

Kemudian, pada tahun itu pula kita diberikan kejutan dengan beberapa pejabat yang menyatakan mundur, husnudzhon penulis mereka mundur karena merasa belum pantas menempati posisi tersebut agar terhindar dari kasus korupsi yang menggiurkan. Hal ini menunjukkan bahwa perlahan-lahan revolusi mental yang dilakukan oleh Kepemimpinan Jokowi-JK mulai terasa digrassroot bawah.

Akhirnya, mari bersama mewujudkan cita-cita tanah air dan bangsa dalam membentuk masyarakat indonesia yang maju, cerdas, mandiri, sejahtera, aman, adil dan makmur dalam menjalani aktifitas ditahun mendatang dengan tidak merasa benar sendiri. Wallahu A'lam Bisshowab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun