Mohon tunggu...
Kahfi
Kahfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat wacana sosial, politik, agama, pendidikan, dan budaya

Manusia bebas yang terus belajar dalam kondisi apapun, Jangan biarkan budaya menjiplak ditengah ekonomi yang retak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Kolonial dan Idealisme Mahasiswa

19 Agustus 2021   18:38 Diperbarui: 19 Agustus 2021   18:42 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.pri saat menjadi narasumber

1). Dualisme, yakni dalam pendidikan adanya sekolah untuk anak belanda dan untuk yang tidak berada, sekolah yang memberikan kesempatan melanjutkan dan tidak memberikan kesempatan. 

2). Gradualisme, dengan mengusahakan pendidikan rendah yang sederhana mungkin bagi anak indonesia dan memperlambat lahirnya sekolah untuk anak indonesia. 

3). Prinsip Konkordansi, prinsip yang memaksa semua sekolah berorientasi pada dunia barat, mengikuti model sekolah Netherland dan menghalangi penyesuaiannya dengan kondisi Indonesia. 

4). Control Central yang kuat, menciptakan birokrasi yang kuat yang hanya memungkinkan perubahan kurikulum dengan persetujuan pimpinan di Indonesia maupun di Negeri Belanda. 

5). Tidak adanya perencanaan pendidikan yang sistematis, menyebabkan pemerintah mengadakan percobaan dengan berbagai macam sekolah menurut keadaan zaman. 

6). Pendidikan pegawai sebagai tujuan utama sekolah, penyelenggaraan dan penerimaan murid di sekolah berdasarkan atas kebutuhan pemerintah belanda dalam tenaga kerja.

Dengan uraian tersebut terbentang jelas bahwasanya bangsa yang kita cinta ini masih terjangkit virus kolonial dalam menjalankan roda pendidikan, sehinggga butuh obat mujarab menyembuhkannya, yakni idealisme seorang mahasiswa yang tidak tergadaikan oleh materi.

Dok.pri Pemantik diskusi lesehan
Dok.pri Pemantik diskusi lesehan
Idealisme Mahasiswa

Bung Pram pernah berpesan bahwa "didiklah rakyat dengan berorganisasi, dan didiklah penguasa dengan perlawanan." Dalam pesan itu penulis menangkap kiranya seorang mahasiswa sebagai kaum muda intelektual senantiasa bergelut dalam sebuah organisasi dalam rangka mengembangkan, mengasah, dan mengaktualisasikan potensi keilmuan yang dimiliki sehingga dapat bermanfaat kepada orang banyak, tidak hanya dirasakan oleh individu semata.

Sebagaimana kita ketahui, mahasiswa merupakan generasi yang dapat menentukan arah kemajuan atau kemunduran sebuah bangsa. Maka berorganisasi adalah tempat menempa bekal seorang mahasiswa agar tidak terjebak dalam dunia perkuliahan semata tanpa dibekali keterampilan serta mengasah kepekaan sosial yang terjadi dilingkungan sekitar dengan memberikan sumbangsih gagasan dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi.

Idealisme adalah prinsip yang harus dipegang teguh oleh setiap individu yang menyandang gelar mahasiswa, karena bila seorang mahasiswa sudah tidak memiliki idealisme maka akan berdampak pada kehancuran sebuah bangsa. Untuk itu melalui tulisan ini penulis mengucapkan selamat datang kaum intelektual, selamat tinggal pembodohan, selamat tinggal penjajahan, selamat datang kesejahteraan rakyat. Wallahu A'lam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun