Mohon tunggu...
Kahar Kher
Kahar Kher Mohon Tunggu... -

Saya hanyalah orang biasa yang mencoba dunia baru, belajar banyak hal dari aktivitas banyak orang,

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Semuanya Berawal Ketika Aku Meninggalkan Gaji Rp 6 Juta dari Lembaga Bank Ternama di Indonesia

19 Oktober 2016   15:50 Diperbarui: 20 Oktober 2016   01:04 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bekerja sesuai passion tentu menjadi impian semua orang. Siapa sih yang tidak ingin bekerja?, menghasilkan uang untuk membiayai kebutuhan hidupnya sambil menikmati pekerjaannya sebagai sesuatu yang membuatnya makin bergairah. Makin bersemangat, makin tertantang, dan hidupnya menjadi sebuah perjalanan yang penuh gairah. 

Saya percaya setiap orang tentu memiliki cita-cita yang sama dengan saya. Namun bekerja sesuai passion tentu tidaklah mudah, akan banyak hal yang mesti di dobrak dalam diri kita, terlebih kalau passion itu adalah sesuatu yang langka bagi kebanyakan orang di lingkungan dimana kita tinggal. Inilah yang banyak membuat orang masih bergumul dengan pekerjaan yang membuatnya terbebani. Ia tidak pernah merasa bebas. Karena  ketakutan membebaskan langkahnya dan mengikuti passionnya.

Menjalani hidup sesuai passion butuh nyali, keberanian besar sebab akan banyak rintangan dan tantangan  yang kapan saja dapat meneggelamkan impian-impian besar itu. Kalau kita tidak berani melawan dogma dan persepsi itu maka saya percaya bekerja sesuai passion hanya menjadi sebuah ilusi belaka tanpa pernah di eksekusi.

Baiklah saya akan bercerita sedikit terkait dengan statement yang ada diatas :

' Sebelumnya atau lebih tepatnya setahun yang lalu saya seorang karyawan di sebuah lembaga perbankan yang cukup ternama di indonesia, hampir 6 tahun saya bekerja sebagai karyawan, bisa dibilang perjalanan karir saya lumayan bagus, karena tiap 2 tahun ketika ada promosi jabatan saya selalu mendapatkan kesempatan itu. begitupun dengan tambahan gaji, sarana dan prasarana pun aku dapatkan ketika mendapatkan jabatan yang lebih tinggi. 

Waktu semakin berjalan, datang di kantor pagi hari, pulang sore dan malah kadang malam. berhubung ada pekerjaan yang belum selesai, terpaksa harus lembur demi untuk menyelesaikan pekerjaan itu yang tidak bisa ditunda.

Begitulah aku jalani hari-demi hari tiada pernah berhenti, setiap tanggal 25 terima gaji, lalu aku merasakan sepertinya aku tidak merasakan gairah dengan pekerjaanku sebagai seorang pegawai bank. Pekerjaan yang selalu dinilai dengan angka-angka, bekerja di bawah tekanan sungguh menyesakkan. Namun mau di apa lagi aku tidak memiliki pilihan lain selain menjalani rutinitas yang membosankan itu. 

"orang sibuk mencari kerja, kamu malah mau keluar bekerja" ucap salah seorang teman ketika aku sempat menyampaikan maksud aku untuk berwirausaha. Siapapun aku sampaikan ini pasti menyatakan tidak setuju dengan apa yang ada di dalam pikiranku. 

Hingga sampailah waktunya perasaan galau itu tidak mampu aku tahan, akhirnya aku memberanikan diri membahasakan hal tersebut dengan ibu dan istri aku. karena tekadku dalam hati jika kedua orang ini menyetujui keinginanan aku. Maka aku tidak lagi peduli dengan apa yang orang lain pikirkan. Hidup ini milik aku. Dan aku berhak menentukan kebahagiaan dan jalan hidup aku sendiri. 

Kebetulan istri aku orangnya tidak banyak nuntut, tidak banyak gaya, ianya menurut saja sama aku. "terserah dari abang saja, tapi lepas itu abang mau kerja apa ?". Kelihatan dari raut mukanya dia agak panik mendengar pernyataanku untuk resign. Begitupun dengan ibuku ia tidak menghalangi aku untuk berhenti, namun akupun menangkap kekecewaan di wajahnya. Itulah aku coba jelaskan alasanku kenapa resign?. Akhirnya iapun mengerti.

Namun ada satu hal yang tidak mampu aku jawab satu-satu, adalah pertanyaan mereka-mereka yang berada di sekitar temapt tinggal aku. kerabat-kerabat aku, teman lama aku, dan siapa pun yang aku temui dan kini mengetahui statusku telah mengundurkan diri bekerja di perusahaan perbankan. Hanya satu pertanyaan mereka " kenapa berhenti ? padahal jabatan kamu itu sudah di bilang strategis !"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun