Memasuki bulan ketiga semenjak ditemukannya kasus pertama Covid-19 di Indonesia, pandemi Covid-19 telah menimbulkan perubahan yang signifikan dalam beberapa sektor di tanah air, tidak terkecuali sektor pangan dan pertanian. Kedua sektor merupakan sektor penting dalam kehidupan sehari-hari. Keberlangsungan sektor pangan dan sektor pertanian harus tetap terjaga agar sektor-sektor lain dapat berjalan dengan baik.
Pesan Bung Karno saat pendirian kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) berpesan bahwa pangan merupakan hidup matinya suatu bangsa. Artinya pangan merupakan suatu hal yang mendasar bagi kehidupan suatu bangsa. Sektor pangan dapat terpenuhi dari hasil sektor pertanian. Kedua sektor ini memiliki hubungan sangat erat. sektor pertanian merupakan pengaman untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari masyarakat, baik pertanian pangan, ternak, sayuran dan buah-buahan, serta perkebunan. Apalagi mewabahnya Covid-19 ini menuntut masyarakat untuk meningkatkan imunitas dengan antara lain mengonsumsi makanan yang beragam dan bergizi.
Dampak pandemi pada sektor pertanian meliputi berbagai aspek, mulai dari produksi, distribusi, serta konsumsi produk pangan. Harga kebutuhan pangan pun menjadi tidak menentu. Hal tersebut terjadi karena adanya penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang menghambat proses distribusi kebutuhan pangan yang tidak dapat diproduksi suatu daerah, sehingga peran petani lokal sangat diperlukan dalam mengatasi masalah tersebut. Petani lokal harus mampu merubah produksi hasil pertanian yang sesuai dengan peluang kebutuhan masyarakat lokal dengan kata lain petani menanam atau membudidayakan komoditas yang sesuai yang dibutuhkan oleh masyarakat lokal daerah dalam rangka mengatasi masalah kebutuhan pangan yang berlangsung pada masa pandemi yang entah kapan berakhirnya.
Ancaman kelangkaan pangan akibat pandemi virus corona atau CoVid-19 yang tidak diketahui kapan berakhirnya ini, membuat pemerintah mematangkan rencana pembukaan lahan gambut yang dioptimalisasi menjadi lahan sawah. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, berdasarkan hasil rapat dan kajian bersama dengan Presiden Joko Widodo dan Kementerian Lembaga terkait, ada sekitar 255.000 lahan di Kalimantan Tengah yang berpotensi bisa dimanfaatkan untuk menjadi lahan sawah. Dengan rincian  sekitar 164.598 hektare saja yang berpotensi untuk digarap, jaringan irigasi sebanyak 85.456 hektare dan ada 57.195 hektare yang sudah ditanami padi. Pembukaan lahan yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengatasi ancaman kelangkaan pangan akibat pandemi ini.
Langkah untuk mengatasi ancaman kelangkaan pangan akibat pandemi virus corona selain pembukaan lahan gambut menjadi lahan sawah. Mentri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo(SYL) mengintruksikan kepada petani dan penyuluh pertanian untuk melakukan percepatan tanam pada bulan April dan Mei. Percepatan tanam diintruksikan oleh SYL untuk mengantisipasi pasca pandemi CoVid-19 Â dan mengantisipasi datangnya musim kemarau, selain itu sekerang ini masih ada sedikit-sedikit hujan sehingga olah lahan dan percepatan tanam segera dilaksanakan agar biaya produksi tidak meningkat. Pengolahan lahan pada musim tanam kedua ini sangat terbantu dengan adanya alsintan yang menjadikan proses pertanian bisa dilakukan dengan cepat, efisien dan mampu meningkatkan produksi.
Tak hanya pembukaan lahan gambut, Kementerian Pertanian mendorong upaya pemanfaatan pekarangan rumah dijadikan lahan pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan, hal ini dilakukan sebagai upaya dalam menghadapi ancaman krisis pangan yang disebabkan oleh pandemi virus CoVid-19. Pemanfaatan lahan pekarangan ini sangat strategis tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, tetapi juga bisa meningkatkan pendapatan rumah tangga, terlebih pada kondisi pandemi saat ini. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H