Mohon tunggu...
Kaharuddin Anshar
Kaharuddin Anshar Mohon Tunggu... Nelayan - Anak kehidupan, tumbuh di lorong desa

bayangan; pencerahan purba dalam membentuk sajak-sajak kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenapa Orang Kota Akan Kembali ke Desa?

17 November 2019   20:06 Diperbarui: 17 November 2019   20:11 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak hal membuat orang di perkotaan akan meninggalkan kota. Kebahagiaan di perkotaan dimasa depan hanyalah persoalan pekerjaan. Sebab itu, banyak kita temui setelah masuk hari libur, kemacetan tetiba dimata.

Populasi penduduk yang terus meningkat tidak disertai dengan ketersediaan lingkungan yang sehat untuk menunjang kehidupan yang berkualitas. Populasi penduduk dihadapkan dengan polusi udara, kemacetan dan sumber air yang tak sehat.

Berikut beberapa hal yang membuat orang kota, akan kembali ke Desa

1. Orang Kota sulit menemukan kualitas udara yang layak. Di Desa udara yabg berkualitas melimpah ruah. Pepohonan tak ada batasnya, setiap mata dimanjakan dengan rindangnya pepohonan, sementara di kota mata dijamu dengan antrian kendaraan. Dimasa depan anak-anak di Kota tak akan mengenal lagi pepohonan kecuali dari pelajaran sekolah, mereka hanya akan mengenal gedung-gedung pencakar langit.

2. Orang kota sulit menemukan kicauan burung secara alami di dahan pepohonan, bahkan mereka sulit menemukan apakah di kota masih ada burung yang bertengger bebas dengan kicaunya. di kota mereka hanya akan menemukan di kebun binatang. Itupun untuk melihatnya harus membayar untuk masuk di kebun binatang. Di Desa kicauan burung adalah musik alam yang bersahutan setiap pagi. Mungkin karena itu, Desa tak pernah sunyi sepanjang waktu, sementara Kota hanya ramai sepanjang berbayar.

3. Orang Kota tak mengenal sungai yang jernih. Kehidupan kota adalah kehidupan dengan air seadanya. Di Desa cukup anda menuju sungai untuk mendaptkan kualitas air yang layak setelah itu Anda bisa berenang tanpa harus membuat kolam dengan uang ratusan juta rupiah.

Selain alasan di atas anda tentu dapat menambahkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun