Mohon tunggu...
tatang pohan
tatang pohan Mohon Tunggu... -

Berarti sampai mati

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pejuang Budaya

3 Agustus 2013   08:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:41 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah karya anak Labuhanbatu yang tergabung dalam Forum Lingkar Pena (FLP) Labuhanbatu. Antologi puisi yang bersetting dan bersemangat Panai. Puisi menurut Shelley adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup kita. Lewat puisi ini sekelompok anak muda ini merekam kesaksian mereka akan indahnya alam dan kehidupan Panai. Tidak hanya penulis, beberapa tokoh  memberikan menguatkan kesaksian itu, antara lain: Seiring waktu berjalan, ironisnya kita agak mengabaikan peran puisi. Puisi masih dilihat sebelah mata. Menjadi hal yang tak penting dalam kehidupan. padahal, budaya puisi menunjukkan nilai suatu bangsa dan mampu menjadi solusi atas kebobrokan akhlak/perilaku sekarang ini. Tapi bagaimanapun kondisinya,puisi tetap punya "pejuang"nya. Terbukti dari antologi puisi ini. Sekelompok masyarakat Labuhanbatu ternyata punya segudang semangat yang luar biasa. Merajut kata syarat budaya. Dan memerhatikan budaya lokal. (MN. Fadhli, Editor dan Ketua FLP Sumatera Utara) Membaca barisan puisi dalam buku antologi ini bagi saya seperti menikmati sebuah parade budaya pedesaan yang menghadirkan imajinasi pada alam pesisir dan riak air, pada hijau dan kuningnya sawah, pada harapan dan cinta, dan berujung doa dan air mata. (H. Said Idlin, S. Pd-Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Labuhanbatu) ..... berkaca dari sejarah; Labuhanbatu yang sesungguhnya adalah Panai itu sendiri, sebuah kerajaan melayu yang dulunya begitu  besar dan jaya. Namun kini seakan termarjinalkan. Rasa-rasanya antologi puisi ini hadir sebagai pembawa pesan lewat kata, untuk menggugah perhatian kita terhadap daerah pesisir Labuhanbatu, yaitu Panai..... (Halmi Hasibuan, Staf Pengajar Universitas Al-Wasliyah Labuhanbatu) Tak banyak yang bisa kami sampaikan karena membaca puisi adalah membaca membaca lapisan suara (sound stratum) dan lapisan arti (units of meaning) sehingga Anda harus membacanya langsung memberikan pemaknaan. Sebuah karya yang patut diapresiasi dan layak untuk dikoleksi. Judul           : Sajak Langit Panai Penerbit     : IG Press, Yogyakarta Edisi            : I, Juli 2013 Penulis        : Agung S, dkk Editor          : MN. Fadhli Hal                :122 hal + xxvi Harga          : Rp 35.000,-

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun