Mohon tunggu...
Kafilah Ala Himmata
Kafilah Ala Himmata Mohon Tunggu... -

si Kecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Istikharah Terjawab oleh Waktu

9 Januari 2012   15:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:07 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam kehidupan ini, banyak sekali realita yang tidak sesuai dengan harapan manusia, hal inilah yang memunculkanmasalah yang perlu adanya penyelesaian.Kebimbangan muncul ketika masa aktif di asrama hampir usai, yaitu pada akhir semester 2, ” harus tinggal dimana aku setelah ini?” kata Lila dalam hatinya,sembari melakukan aktivitas sehari-hari tak jarang Lila terpikirkan oleh hal ini, antara kost, asrama, pondok, ataukah mendaftarkan diri sebagai pengurus asrama, mana yang pantas bagi Lila?, mana yang sesuai untuk kehidupan Lila? di mana, pada saat SMA, keseharian Lila berada di kost yang bisa dibilang bebas dengan kegiatan sehari-hari, bebas tanpa adanya peraturan, mau main tanpa kenal waktu tidak ada yang melarang, tidak ada ikatan apapun dari berbagai pihak, semuanya terserah Lila.

Kost, memang sangat menyenangkan, penuh pelangi kebebasan. Asrama, kehidupannya hampir sama ketika menjadi mahasiswa baru. Pondok, Sulaimanlah pondok tujuanLila. Pengurus asrama, kehidupan dengan komitmen hitam di atas putih. Hidup itu pilihan. Yang mana yang akan Lila pilih?.

Perjalanan panjang Lila lalui dengan terngiangnya pilihan-pilihan itu, orang tua mengusulkan cari tempat yang dekat dengan kampus, agar tidak kelelahan ketika harus bolak-balik ke kampus, entah itu kost atau kontrak, terserah, asalkan bisa jaga diri dan agama. Saran yang bagus, tapi bukan merupakan jawaban atas kebimbanganLila selama ini. Menentukan tempat tinggal aja serumit ini, terus bagaimana menentukan yang lain. “Ya Allah, berikankah petunjukmu pada hamba-Mu ini.”

Kegiatan sehari-hari berusaha Lila lakukan dengan penuh semangat. Kegiatan seorang mahasisiwa baru mulai dari bangun tidur, sholat subuh berjamaah, ngaji alqur’an, kuliah, kelas bahasa sampek malam, mengerjakan tugas dan akhirnya tidur lagi. Hampir tidak ada waktu bermain sekedar untuk refresh kecuali hari libur. Dan tidak jarang rasa bosan ikut andil disela-sala kegiatanLila.

Selang beberapa waktu kemudian, tidak tahu kenapa, hatiLila telah yakin pada satu pilihan, yaitu pondok, dan ketika keseriusanLila untuk mondok, ternyata meleset dari tempat yang awalnya menjadi tujuanLila, bukan Sulaiman, iya, tapi pondok Dzikri, pondok yang terletak sekitar 2 km dari kampus inilah yang menjadi pilihan akhir, yang merupakan jawaban istikharahLila selama dalam kebingungan mencari tempat tinggal. Selama sekitar 2 bulan Lila bermunajat dan memohon kepada Allah agar diberi hidayah atas kebimbangannya ini, dan semua itu terjawab dengan kemantapan hati setelah Lila melihat pondok Syukurillah yang berada di dekat candi Beghawan ini. Pertama kali Lila menginjakkan kaki di pondok ini, ternyata Umi Kultsum lah orang yang pertama kali Lila temui dan beliau adalah istri dari pimpinanpondok Syukurillah.

Setelah Lilaputuskan untuk tinggal di pondok, di kampus ada temen yang tanya “Tinggal di asrama apa??” dia mengira kalau Lila jadi pengurus di asrama, dan itu banyak ditanyakan oleh teman-temanLila yang lain, mereka mengira Lila adalah salah satu pengurus di asrama. Perkiraan mereka memang beralasan, karena sebagian besar teman dekatLila mendaftarkan diri dan terpilih menjadi pengurus di asrama. Di kampus mereka berempat, selama setahun pertama di Malang, mereka terlihat seperti perangko, kemana-mana bersama, belajar bareng, makan bareng, main juga bareng. Itulah mengapa teman-temanLila yang lain mengira Lila juga menjadi pengurus, karena ketiga temanLila tadi semuanya menjadi pengurus.

Meskipun Lila yang tidak menjadi pengurus sendiri dari ketiga temannya, persahabatan mereka tetap baik, mereka malah saling bertukar pengalaman dan bercerita tentang kehidupan masing-masing, tentang belajar bareng tetap mereka lakukan, dan makan bareng tidak akan terlewatkan jika sekiranya ada waktu luangdan itu mereka lakukan juga dengan teman-teman yang lain.

Kehidupan di Syukurillah, penuh dengan kejutan, dan pertanyaan, dimana kehidupan ini merupakan kehidupan baru bagiLila selama dia hidup di dunia ini. Dan Lila berharap pertanyaan ini akan terjawab seiring dengan berjalannya waktu.

Semoga dengan pilihan ini, menjadikanku lebih baik dari semula dan apa yang aku dapatkan di pondok yang di asuh oleh KH. M.Sholeh ini menjadi bekal di dunia akhirat serta merupakan salah satu dari 3 hal yang tidak akan terputus amalnya kelak di akhirat, yaitu ilmu yang bermanfaat” doa Lila dalam hatinya.

Dan keyakinan akan jawaban yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang mau berusaha dengan penuh kesabaran semakin melekat dalam diri Lila, asal kita mau minta kepada Allah, yakinlah, Allah Maha Mengabulkan permintaan hamba-Nya. Dan perlu diketahui sesuatu yang kita inginkan belum tentu hal yang terbaik untuk kita. Allah Maha Tahu apa-apa yang terbaik bagi para makhluk-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun