Begetar tubuh ini melihat sang walikota tiada, kacau hatiku. Ah, sial. apakah satu persen ku masih kembali kugunakan untuk hidup. mungkin, ada orang lain yang butuh itu. mungkin,,
Kafabihi - Pandemi sudah memasuki bulan ke 3, untungnya badan ini masih tangguh. Walaupun sudah ribuan kilo melangkah dan menjadi salah satu peluang terinfeksi tetap sehat seperti biasanya.
Mulai dari nol rupiah. Semua hal yang menjadi pegangan tiada. Segampang itu manusia tidak merasa memiliki apa-apa ?, kurasa tidak kau hanya enggan bersyukur bahwa kau satu-satunya manusia yang selamat diantara 3,54 juta (4 mei 2020) yang terinfeksi.
Tapi, aku teringat perkataan si Jack Ma. Om-om tua pendiri Alibaba itu. Dia bilang, tidak perlu mencari materialistis jika kau belum mampu bertahan hidup. yah, sepertinya aku harus bertahan untuk kesekian kalinya. Bertahan dalam rasa sepi, jauh dari kawan yang notabene sudah balik kampung duluan untuk mengamankan diri.
Sudah sebulan rasanya tidak berpenghasilan apa-apa. Tapi, ada saja rezeki yang datang ntah darimana. Syukur pada mu yang telah mengasihi dalam sisi nafas dan perut ku. Walau aku harus jujur, sedikit seringnya aku memaki-maki makhluk ciptaanmu yang bernama si bangsat corona itu. Yah, dia mungkin gak salah. Karena dia hidup untuk itu.
Berat rasanya menjalani dalam situasi saat ini. Mati enggan, hidup ngeluh. Yah, seperti itulah manusia.
Aku ingin bercerita pada dunia. Dunia terlalu sakit untuk diserapahi.
Banyak yang tak mengerti dirimu, begitu juga aku. Tapi, aku masih mencintaimu. begitu juga dia.
Nasi tak lagi sendiri, bertemankan mie dan telur berbalut ajinamoto. Mewah.. !
Lapar ?. Aku rasa ku tak sendiri.