Pagi ini melihat salah satu TV swasta Indonesia yg menyiarkan insiden pemukulan anggota TNI terhadap seorang pengendara sepeda motor di tengah keramaian kota Jakarta. Apa yg akan saya bahas disini adalah bagaimana jalannya wawancara yg terjadi antara jubir TNI AD di TV dan bagaimana kok seorang anggota TNI bisa dg leluasa memukul tanpa ada seorang yg mencoba melerai atau mencegah.
1.Wawancara yg terjadi antara jubir TNI ADdan TV swasta tsb. terkesan sepihak dan menghakimi sang pengendara sepeda motor seakan akan dia yg bersalah. Saya lebih oke apabila TV tsb.meminta keterangan sang korban pemukulan atau meminta kesaksian warga sekitar yg melihat pemukulan, supaya berimbang.
2.Sang jubir TNI AD juga terkesan membela anggotanya, ya iyalah, masa maumembela yg warga yg dipukuli, kan beliau dibayar untuk membela seragam, bukan yg benar.
3.Dari apa yg saya tangkap pada wawancara tsb., seakan akan yg memulai masalah pertama kali adalah sang pengendara motor karena, katanya, menendang mobil dinas TNI AD. Masak iya? Seorang diriberani cari gara2 dg menendang mobil dinas TNI AD? Setahu saya serangan terhadap fasilitas milik TNI amat jarang terjadi, justru fasilitas polisi banyak yangdiserang, itupun biasanya dilakukan dalam kelompok. Plus Jakarta bukan daerah pegunungan Papua yg menjadi daerah gerilya OPM.
4.Toh kalaupun ada penendangan terhadap mobil dinas, masa iya membalasanya pakai pukulan berkali kali (pake senjata?), kita tidak tahu yg terjadi sebenarnya di lapangan, apakah senjata yg dibawa tsb benar atau mainan, yg jelas sang tentara pasti mengancam dg senjata tsb sehingga korban hanya pasrah menangkis atau menghindar. Gimana kalo senjata beneran dan korban melawan?
5.Saya gak heran dg kelakuan aparat yg seperti ini, suka main hakim sendiri karena merasa seragamnya bertuah, ciri mental indlander yang sok berkuasa terhadap rakyat, bila satu dari mereka disakiti, maka sepeleton kawan kawannya akan memburumu hingga ke ujung dunia, ingat kasus geng motor kan?.
Tidak bisa dipungkiri kalau mental sok kuasa seperti yg ditunjukkan anggota TNI diatas masih menghinggapi jiwa jiwa sebagian aparat negeri ini, entah di kepolisian atau departemen departemen yang lain. Bedanya kalo di tentara atau polisi sebagiandari mereka bisa langsung main hakimsendiri di tempat, proses hukum belakangan, bisadiatur. Masih ingat kasus Riyadus Sholihin, seorang guru njaji yg ditembak mati olehseorang polisi, yg kemudian mencoba merekayasa kasus tsb. Bedanya sekarang polisi lebih sering mendapatkan perlawanan dari masyarakat yg tidak puas terhadap kinerja mereka, makanya kita sering dengar berita kantor polisi diserang atau dibakar, mobil atau sepeda motor polisi dirusak. Itu pun biasanya bersama dalam kelompok baik demonstrasi atau serangan. Jadi apaiyasaya sendiri berani cari gara gara menendang mobil dinas anggota TNI?
Silahkan disantap videonya disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H