Mohon tunggu...
ELRoez USA
ELRoez USA Mohon Tunggu... -

Sense and Sensibility, Pride and Prejudice!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahkan Seorang Anhar Gonggong pun Bisa Menjadi Dangkal

28 Februari 2012   17:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:46 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Source: Republika

[caption id="" align="alignleft" width="360" caption="Image Source: Republika"][/caption] Saya tidak mengikuti seminar yg beliau keynote-speaker-i tapi hanya membaca kompas online malam mini saya sudah dapat membaca pola pikirnya yang dangkal menyikapi permasalahan dua Negara bertetangga, Indonesia – Malaysia, bagaimana tidak? Dalam sebuah forum terhorma Ia dengan seeanaknya melampiaskan kekesalan kepada Malaysia dengan mengungkit ngungkit kata indon, yg biasa disapakan “orang Malaysia” kepada para TKI kita, yang menurut sebagian masyarakat kita merupakan penghinaan.

Bila membaca berita tsb, kita tahu bahwa permasalahan yg diangkat pada saat seminar adalah tentang serumpun Indonesia dengan Malysia, yang selama ini memang sering di dengung dengungkan oleh tokoh kedua bangsa. Saya paham bahwa Anhar ingin kritis dengan memberikan pencerahan umum bahwa Indonesia “tak serumpun” dengan Malaysia karena Indonesia lebih luas wilayahdenganberbagai macam suku di dalamnya.

Beliau berkata "Serumpun apanya? Dalam bidang suku dan budaya, Malaysia tidak ada kaitannya sama sekali dengan budaya Papua, Flores, maupun budaya lainnya yang ada di Indonesia. Indonesia lebih luas, hebat, dan beragam!" ***

Nah kata “lebih hebat” ini yang membuat saya mengelus dada karena terkesan arogan, meskipun sebenarnya kita hebat (padahal menurut saya tidak..haha), semestinya kita harus tetap rendah hati dan membumi. Sekarang bila kita berbicara sejarah Indonesia ketikda disatukan dulu oleh Gajah Mada, pada saat itu Malaysia masih menjadi wilayah Indonesia, jadi apanya yang mau dihebat hebatkan (dulu), toh Malaysia masih menjadi wilayah kita saat itu.

Sekarang mari kita lihat saat ini? Apa yang mau disombongkan oleh seorang Anhar Ganggong dari bangsa ini dg peryataannya diatas? Sejuta korupsi, segudang manipulasi, tipa tipu sana sini, parade topeng di mana mana. Justru seharusnya Anhar Ganggong dan kita masyarakat Indonesia harus berterima kasih karena sebagaian masyarakat Indonesia bisa mendapat penghasilan yg lebih baik dg bekerja di sana, ada yang jadi dosen, ada yang melanjutkan studi, banyak yang menjadi TKI.

Kesimpulan saya kata serumpun sendiri lebih mengacu pada symbol saja, utamanya karena bahasa nasional kedua Negara yang mirip, disamping daerah Sumatera yang memiliki corak budaya yang sama dengan Malaysia. Tidak usahlah kita terpancing kata “indon” karena setahu saya orang Malaysia suka menyingkat nyingkat panggilan, sepertiKuala Lumpur “KL”, orang Bangladesh “Bangla”, kemudia juga orang Malaysia yang berakal sehat tidak akan memanggil saudara “serumpun”nya dengan panggilan yang menyakiti hati.

Salam serumpun berpantun!

***http://oase.kompas.com/read/2012/02/28/15562297/Indonesia.Tidak.Serumpun.dengan.Malaysia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun