Tradisi Berlebaran Urang Banjar
Salah satu bagian dari tradisi berlebaran Urang Banjar yang sampai sekarang masih eksis adalah tradisi bailang atau tradisi saling mengunjungi saat lebaran tiba, baik antar tetangga maupun antar saudara yang telah menjadi tradisi turun temurun sebagai pengejawantahan ketaatan kita kepada Rasulullah SAW, terkait keutamaan sunah menjalin silaturahmi.
Selayaknya mata rantai yang terkait, ternyata tradisi bailang ini juga memicu lahirnya tradisi mulia lainnya yang ternyata juga terinspirasi dari sunah Rasulullah SAW, yaitu upaya untuk memuliakan tamu. Maksudnya?
Baca Juga Yuk! Kronik Memasak Tepo, Lontong khas Magetan untuk Semarak Berlebaran
Karena disunahkan untuk selalu berupaya memuliakan tamu, selanjutnya muncul tradisi bamasakan alias masak-masak di lingkungan Urang Banjar disetiap lebaran tiba. Tentu saja tujuan bamasakan ini adalah untuk mempesiapkan hidangan bagi tamu-tamu yang bailang atau berkunjung ke rumah.

Dari sinilah, kelak lebaran Urang Banjar menjadi identik dengan makanan-makanan enak, memang tidak mesti harus ada beberapa jenis kuliner yang tersedia, karena sejenis pun sudah cukup, asalkan tetap pantas dan memang diniatkan dengan tulus untuk memuliakan tamu. Kalau sudah begini, bukan hanya rasa nikmat yang akan hadir dalam hidangan, tapi juga ganjaran pahala dan keberkahan dari Allah SWT. Insha Allah.
Biasanya, setiap menjelang lebaran, umumnya masing-masing keluarga sudah menyusun list jenis masakan tradisional khas Banjar yang akan dimasak untuk dihidangkan kepada teman, sahabat, dingsanak dan tamu-tamu lainnya yang datang bailang untuk bersilaturahmi lebaran ke ruma
Baca Juga Yuk! Mie Ayam Mas Jono
Umumnya memang tidak ada pattern khusus yang mengatur jenis dari ragam kuliner yang akan dihidangkan kepada tamu yang bailang. Hanya saja secara keumuman adalah jenis "makanan semi berat dan berat" khas tradisional Banjar, seperti sop dan soto Banjar, katupat Kandangan, rawon, katupat batumis, lontong tampusing, slada Banjar, laksa, karih, sampai lempeng karih yang semi berat.
Lempeng Karih Ayam dan Telur | @kaekaha

Nah, khusus untuk sajian kuliner lempeng karih, kuliner khas Urang Banjar yang mendapat pengaruh kuat dari kuliner Arab dan India yang bercitarasa rempah cukup kuat ini bisa disebut sebagai kuliner paling minimalis diantara ragam jenis kuliner lainnya.
Baca Juga Yuk! Menyambangi Acil Wati di "Pencerekenan" Ladang Rezeki Sekaligus Amalnya
Minimalisnya tidak hanya dari segi anggarannya saja yang memang paling ekonomis, tapi juga cara membuatnya yang tak kalah "minimalis", karena relatif mudah dan cepat, juga penampakan sajian lempeng-nya yang memang tipis-tipis, semakin memperkuat karakter ninimalis dari sajian ini. Itulah sebabnya, menyajikan lempeng karih khas Banjar saat lebaran merupakan definisi paling aktual untuk lebaran minimalis!

Mengenal Lempeng Karih
Lempeng Karih merupakan salah satu kuliner legendaris di lingkungan Urang Banjar di Kalimantan Selatan, berikut para diasporanya baik yang masih di seputaran Pulau Kalimantan maupun di kawasan lain Nusantara dan belahan dunia lainnya.
Komponen utama sajian Lempeng Karih ini tentu saja olahan karih, baik dari daging sapi, kambing, itik, ayam, maupun telur dan lempeng atau sejenis pancake tipis bercitarasa sedikit gurih yang dibuat dari bahan tepung, sedikit berbeda dengan wadai (kue;bahasa Banjar) lempeng pisang khas Banjar yang bercitarasa manis.
Nama masakan karih sebagai masakan khas Banjar memang mempunyai benang merah yang cukup erat dengan masakan kari dari Asia selatan, termasuk India. Meskipun konon kabarnya, kuliner lempeng karih yang populer di Kalimantan Selatan ini justeru diperkenalkan oleh para pendatang dari jazirah Arab. Karena di Kalimantan Selatan, kuliner ini paling mudah ditemukan di kawasan kampung Arab.
Lempeng yang Sudah Dilipat | @kaekaha
