Bumi Kalimantan Selatan yang secara geografis, sebenarnya terletak di bagian tenggara Pulau Kalimantan, bukan benar-benar di bagian Selatan pulau, mempunyai bentang alam berupa perairan darat yang sangat luas.
Bahkan di beberapa kota dan kabupaten, banyak diantaranya yang wilayahnya di dominasi oleh perairan darat berupa rawa dalam yang biasa disebut sebagai danau, rawa lebak dan juga sungai dengan berbagai ukuran lebar. Salah satunya adalah Kota Banjarmasin.
Tahukah anda kenapa mantan ibu kota Propinsi Kalimantan Selatan ini dijuluki "Kota 1000 Sungai"?
Kota Banjarmasin dijuluki dengan kota 1000 sungai, karena banyaknya daerah aliran sungai (DAS) dan juga rawa-rawa yang membentang di atas daratan kota. Ini terjadi karena rata-rata ketinggian daratan kota Banjarmasin yang lebih rendah sekitar 16 cm dari permukaan air laut.
Nah, ini definisi ngeri-ngeri sedap yang sebenarnya. Hidup di daratan tapi di bawah permukaan air!?
Bentang alam yang didominasi oleh perairan darat sudah pasti akan mempengaruhi struktur sosial seni dan budaya masyarakat kota Banjarmasin.
Baca Juga Yuk! Kisah Serendipiti di Balik Kelezatan Sepiring Tahu CampurÂ
Salah satunya yang paling mudah kita lihat adalah eksistensi budaya sungai atau budaya perairan darat yang begitu kental dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Orisinalitas budaya sungai di Kota Banjarmasin, salah satunya bisa kita temukan dari beragam olahan kuliner khas masyarakatnya yang sebagian besar memang berbahan dasar dari hasil sungai atau rawa-rawa, terutama bermacam-macam ikan, unggas berhabitat di perairan dan beragam biota Sungai lainnya.
Karena itulah, ragam kuliner masyarakat Kota Banjarmasin banyak yang tergolong otentik alias relatif sulit ditemukan di luar daerah.