Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ini Serunya 18 Jam "Mampir" di Bali

26 Mei 2023   21:49 Diperbarui: 27 Mei 2023   11:04 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerbang Wisma Werdhapura | @kaekaha

Kabar Bahagia!

Selepas Isya' di suatu hari di penghujung 2015, saya dikejutkan bunyi dering panggilan handphone dari nomor asing yang tidak saya kenal. 

Alhamdulillah, ternyata kabar baik dari official lomba menulis KemenPUPR-Kompasiana yang mengabarkan kemenangan sekaligus mengkonfirmasi kesiapan saya terbang ke Denpasar-Bali untuk menerima hadiahnya sekaligus menghadiri puncak acara peringatan Hari Habitat Sedunia yang saat itu mengambil tema sentral "ruang publik untuk semua" yang juga menjadi tema utama lomba menulisnya. 

Uniknya, saat itu official belum membocorkan komposisi urutan pemenang lomba ini, jadi pengumuman urutannya sekaligus waktu penyerahan hadiah di puncak acara. Hmmmm...Ada saja cara panitia bikin penasaran!?

Dua hari sebelum keberangkatan, e-tiket Banjarmasin-Denpasar untuk pergi-pulang sudah ada ditangan. Hanya saja, setelah memperhatikan jam terbangnya, saya baru ngeh kalau perjalanan ke Bali kali ini perlu effort lebih, sangat berbeda dengan yang dulu-dulu! 

Gerbang
Gerbang "Ruang Publik Untuk Semua" | @kaekaha

Apa itu!? 

Tepat Jumat siang tanggal 9 Oktober 2015 jam 12.15 WITA, akhirnya saya terbang ke Bali, melalui Bandar Udara Syamsoedin Noor, Banjarmasin dengan kelas bisnis, Garuda Indonesia. Asyik kan!? Tapi (sayangnya) penerbangan ini bukan direct flight ke Denpasar lho, melainkan harus transit dulu di Bandar udara Adi Sucipto, Yogyakarta. Nah ini dia yang ngeri-ngeri sedap! Soalnya saya harus nungguin pesawat Garuda yang mengangkut saya ke Denpasar lebih dari 4 jam! 

Bersyukurnya, saya nggak jadi mati gaya gara-gara transit 4 jam di Jogja. Alhamdulillah, di kota yang sarat kenangan ini, saya kembali berhasil mengaktifkan lagi fitur GPS alias "Gunakan Penduduk Setempat" untuk mengeksplornya.  Dari koordinasi sebelum saya terbang, saya berhasil mengumpulkan beberapa teman lama  yang menetap di Jogja untuk bernostalgia, berkeliling Jogja sambil kulineran menu-menu legendaris di beberapa tempat yang juga legendaris, terutama menu-menu berkuah kaldu kesukaan saya! 

Baca Juga :  [Oleh-oleh dari Bali #1 ] Melihat Pameran Karya Bloger "Terpilih" Kompasiana-HHD 2015

Dan memang terbukti, silaturahmi yang tulus ke banyak teman itu menjadikan rejeki yang tak terputus! Gak percaya!? Lha wong saya sudah membuktikan kok. Saya yang awalnya kepingin nraktir sahabat-sahabat lama yang hampir dua dekade nggak bertemu dengan makan sate-gule kambing kesukaan saya sampai puas, eeeeh ujung-ujungnya lha kok malah saya yang ditraktir. Terima kasih dulur-dulur di Jogja!

Setelah puas menikmati otentiknya Jogja yang masih saja seperti dulu, relatif masih identik dengan yang dinarasikan Kla Project beberapa dekade silam dalam lirik lagu Jogjakarta, tepat pukul 16.15 WIB akhirnya saya terbang juga ke Denpasar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun