Bahkan menurut budayawan Banjar yang juga Kompasianer, Zulfaisal Putera, penamaan wadai ipau ini tidak berciri khas tradisi Banjar yang umum. Seperti kita pahami bersama, ada empat hal yang mendasari penamaan Wadai Banjar, yaituÂ
Pertama, berdasar bahan dasar kue, seperti, Tapai Lakatan yang dibuat dari lekatan (ketan). Kedua, berdasar cara membuatanya, seperti Pisang Basanga atau pisang goreng (Bahasa banjar: digoreng). Ketiga, berdasar bentuk kuenya, seperti Wadai Cincin. Keempat, berdasar warna sajiannya, seperti Apam Habang (merah). Nah sepertinya penamaan wadai ipau tidak dan satupun yang sesuai dengan kriteria di atas! Nah lho?
Apalah arti sebuah nama!? Begitulah kira-kira Shakespeare memaknai sebuah nama dan sepertinya memang relevan sih! Apapun asal-usul penamaan nama wadai ipau, itu tidak kan mengurangi sedikitpun esensi cita rasa menggoda wadai ipau yang melegenda!
Wadai Ipau sampai detik ini masih saja menjadi magnet terkuat untuk "menarik" perhatian sekaligus kehadiran Urang Banjar di berbagai acara, apalagi di acara-acara buka bersama dan lebaran! Wajar karenanya jika kemudian wadai ipau juga disebut-sebut sebagai pemersatu bangsa, pemersatu tulang berserak saat lebaran. Wallahu a'lam Bish-shawabi.
Semoga Bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H