Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

"Wadai-wadai" Legit Pembuka Puasa Urang Banjar

14 April 2023   23:00 Diperbarui: 14 April 2023   23:00 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbuka puasa dengan yang manis sejatinya sudah menjadi tradisi bagi sebagian besar umat Islam di dunia, karena secara sunahnya Rasulullah SAW sejak awal juga sudah mencontohkan untuk mengawali berbuka puasa dengan menyantap buah kurma dan kita semua pasti mafhum betul dengan citarasa kurma yang memang manis. Hanya saja, jika tidak ada kurma, boleh dengan meminum air. Bab sunah berbuka puasa diatas terdapat dalam hadits riwayat dari Tirmidzi No.658.

Uniknya, mungkin karena di Nusantara secara alami memang tidak ada tanaman kurma, jadi secara kultural lebih banyak diantara kita yang kurang begitu familiar dengan buah yang dikabarkan Rasulullah SAW dalam hadits yang sama sebagai buah yang mempunyai banyak keberkahan tersebut.

Baca Juga :  Sedapnya "Lempeng Mie Karih Daging" Khas Urang Banjar, Mau?

Akhirnya, kita masyarakat muslim di Nusantara  lebih banyak mengembangkan beranekaragam kuliner-kuliner tradisional yang tumbuh dari kearifan lokal masing-masing  sebagai menu  kuliner untuk berbuka puasa. Luarbiasanya, karena umat Islam di Indonesia ini juga tumbuh dari berbagai jenis suku berbeda, maka jangan heran  jika di daerah-daerah kita bisa menemukan jenis kuliner legendarisnya masing-masing. Keren kan!


Bagi masyarakat suku Banjar, kue atau kami biasa menyebutnya sebagai wadai, sama pentingnya dengan makanan pokok atau makanan berat yang kita makan sehari 3 kali. Karena, masyarakat suku Banjar mempunyai tradisi dessert di setiap aktifitas makan. No Wadai No Party...he...he...he...

Baca Juga :  Buah Labu dan "PesanNya yang Menakjubkan" pada Perjalanan Kenabian Dzu Nun

Wadai Banjar yang biasa dijadikan dessert juga bermacam-macam, tapi rata-rata bercitarasa manis-legit, seperti amparan tatak pisang, Sari India, sari muka, hula-hula, talam, bingka, bingka barandam dan masih banyak lagi yang lain-lainnya. 

Khusus di bulan Ramadan seperti sekarang, wadai-wadai penggoda iman yang sebagian saya sebutkan diatas begitu banyak dijajakan masyarakat dengan rate harga dan kualitas rasa yang sangat beragam, tapi memang enak-enak terutama yang di berbagai lapak pasar wadai.

Semoga Bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun