Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nasi Kuning Cempaka dan Misteriusnya Tragedi di Pagi Subuh

5 Desember 2022   22:32 Diperbarui: 5 Desember 2022   22:33 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi Kuning | @kaekaha

"Terimakasih! Kada usah gin, aku juga handak nukar nasi kuning cempaka lauk  ampadal kesukaan anakku. Ini ada jua bubur ayam...", jawab Sidin sambil memberi isyarat untuk pamit dan meninggalkanku.

Begitu sidin menyeberang jalan, aku langsung mahirit kendaraanku menuju ke tempat tukang tambal ban yang ditunjukkan sidin tadi.

"Alhamdulillah...! Lega rasanya, sidin memang sudah buka!" Teriakku dalam hati, ketika aku sampai di depan lapak tukang tambal ban yang sepagi ini sudah buka dan memang terlihat paling terang diantara deretan warung-warung di sebelahnya.

Kulihat seseorang yang sepertinya pemilik lapak tambal ban itu, mungkin beliau Bang Amat seperti yang disebut ibu-ibu yang tadi memberi tahu tempat ini, sedang menata ruang kerjanya dengan masih memakai baju koko lengkap dengan sarung dan songkok unik khas Banjar yang terbuat dari akar jangang.

Beliau tampak khidmat sekali dengan aktifitasnya, mempersiap diri untuk memulai sebuah "dimensi ibadah" yang lain, bekerja menjemput rejeki dari-Nya, sampai sama sekali tidak menyadari kehadiranku di depan lapaknya. Setelah melihatku, sidin langsung tersenyum dan langsung menghampiriku untuk  menyalami, sekaligus mempersilahkanku duduk di bangku kayu di ujung ruangan.

Setelah berganti dengan pakaian kerjanya, cuttle pack berwarna cerah yang terlihat cukup bersih, dengan cekatan sidin langsung, mengatur posisi sepeda motorku dan langsung beraksi mempertontonkan skill   kerja khas tukang tambal ban yang sepertinya cukup berpengalaman, cepat dan akurat. Wiiiih keren ini mah...

Tanpa banyak bicara, tapi tetap saja tersenyum renyah ketika tahu aksinya terus kuperhatikan dengan seksama, menjadikan pekerjaan Sidin sangat efektif dan efisien. 

Sebenarnya, dari penampilan Sidin,  jam buka yang sungsung, penampilan "ruang kerja" berikut lay out penataan perabot dan juga peralatan kerja yang rapi jali, aku meyakini kalau tukang tambal ban di hadapanku ini memang tukang tambal ban yang profesional. Pernah nemu yang begitu gaes?

Ditengah-tengah lamunanku, aku dikejutkan kemunculan anak kecil sekira dua atau tiga tahunan yang menghambur ke arah Bang Amat dengan membawa guling kucel yang sepertinya menjadi partner tidurnya.  Anak kecil yang keluar dari  bilik kecil di belakangku duduk itu langsung memeluk Bang Amat dan sepertinya merengek-rengek minta sesuatu.

"Baaaaah Iham angen mama. Ke rumah mama yu bah, Ilham andak asi uning auk padal...!"

Lamunanku langsung ambyar dan seperti terbius untuk terus mengikuti semua tingah polah si bocah yang sepertinya bernama Ilham tersebut. Terlebih setelah si bocah secara sayup-sayup menyebut nasi kuning cempaka lauk ampadal. Aku baru ingat dengan misi awalku keluar rumah selepas subuh pagi tadi, membeli nasi kuning cempaka, salah satu kuliner legendaris  di kota 1000 Sungai  untuk sarapan kami sekeluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun