Nama klub sepakbola Deportivo Palestino sepertinya masih asing d itelinga kita masyarakat Indonesia, termasuk para penikmat sepak bola. Namanya jelas kalah familiar jika dibandingkan dengan Deportivo de La Coruna atau Deportivo Alaves, dua klub yang sama-sama bernama depan Deportivo dari negeri matador, Spanyol.
AADD alias Ada Apa Dengan Deportivo Palestino!? Apa pula hubungannya dengan beberapa pemain tim nasional Palestina yang namanya "berbau" blasteran Arab-Amerika latin?
"Mendadak Palestino!"
Mendadak Palestino, menjadi trending topic alias buah bibir masyarakat dunia, setelah aksi para pemain dari klub peserta liga primer atau liga utama Chili yang lebih familiar disebut sebagai Palestino saja ini secara terbuka memberikan dukungan moral kepada "saudara-saudara"-nya di Palestina yang banyak menjadi korban serangakaian serangan teror mematikan dan tidak manusiawi, "bombardir" dari para pasukan pendudukan-penjajah Israel.
Dengan langkah tegak, semua pemain Deportivo Palestino termasuk juga sang pelatih memasuki stadion Estadio Monumental David Arellano, markas klub Deportivo Colo-Colo dengan mengalungkan kafiyeh atau surban di leher masing-masing, dalam rangka lanjutan pertandingan di liga primer Chili melawan tuan rumah, Minggu (9/5/2021) pagi WIB.
Baca Juga : Nutmeg, "Si-Buah Pala" Lambang Pertaruhan Harga Diri Pemain Bola di Lapangan Hijau
Dalam laga yang berakhir manis dengan kemenangan 1-2 untuk tim tamu, Deportivo Palestino ini, aksi ber-surban seluruh pemain dan official klub profesional yang berdiri tahun 1920 atau sekitar seabad silam ini berhasil membuka mata dunia untuk "mau" melihat perlakuan keji dan biadab Israel yang merendahkan nilai-nilai kemanusiaan di bumi Palestina, setelah media internasional dan juga media sosial berbagai kalangan masyarakat di seluruh dunia, beramai-ramai memposting aksi "berani" mereka.
Keunikan CD Palestino SA
Deportivo Palestino atau nama lengkapnya Club Deportivo Palestino SA, dari namanya Palestino bahasa Spanyol untuk Kata Palestina, jelas bisa ditebak kalau klub sepak bola ini ada hubungannya dengan negeri dan negara Palestina. Apalagi jika mau sedikit memperhatikan semua ornamen yang menghiasi jersey dari klub yang banyak dijuluki masyarakat internasional sebagai "timnas Palestina kedua" ini.
Baca Juga : "Peci Pakol" Impian, Kopiahnya Para Mujahidin
Selain sponsor utama klub, "Bank of Palestine" yang terlihat paling mencolok dan mudah dilihat, karena terpampang jelas di bagian dada seluruh pemain, secara umum desain jersey Deportivo Palestino juga mengaplikasikan 4 warna dari bendera Palestina, yaitu merah, hitam, putih dan hijau. Itulah sebabnya klub yang bermarkas di Kota Santiago ini selain dikenal dengan julukan Arabes juga mendapat julukan tetracolores.
Logo Deportivo Palestino yang berbentuk perisai tiga warna, putih, hijau dan merah dalam bingkai hitam, layaknya representasi dari tetracolour bendera Palestina, sedangkan tanda dua bintang diatasnya merupakan sebuah tanda klub ini bukan klub kaleng-kaleng, karena mereka juga pernah mengoleksi titel juara pada tahun 1958 dan 1978, plus 4 kali posisi runner-up yang terakhir kali diraih tahun 2008 silam.
Pada tahun 2014, saat pasukan zionis Israel lagi-lagi berulah "mengangkangi" prinsip-prinsip kemanusiaan, ketika dengan congkaknya membabi buta secara brutal membombardir jalur Gaza, Deportivo Palestino dengan caranya sendiri menunjukkan solidaritas dan dukungan moralnya kepada rakyat Palestina.
Dengan kreativitas nan cerdas, Deportivo Palestino mengganti angka 1 untuk nomor punggung pada semua jersey pemain dengan peta Palestina secara utuh, sebelum diduduki dan dijajah oleh bangsa Israel. Tapi jersey spesial ini akhirnya hanya bertahan untuk 3 pertandingan saja, setelah komunitas yahudi di Chili melakukan porotes ke PSSI-nya Chili, yang akhirnya melarang Deportivo Palestino menggunakan jersey tersebut.
Tapi larangan itu tidak berlaku untuk jersey yang dijual kepada para fans dari seluruh dunia, makanya sampai sekarang jersey yang dijual secara online di situs resmi klub, semua angka satu-nya berganti menjadi peta Palestina. Ini sesuai sekali dengan ungkapan wartawan senior Middle East Monitor, Eman Abusidu "Seratus tahun identitas Palestina di sebuah negara Amerika Selatan menunjukkan kegagalan Israel untuk menghapus identitas Palestina".
Baca Juga : Lebih "3 Dekade" Komik Superman Koleksiku Ini Menebar Inspirasi dan Imajinasi
Unik dan luar biasanya, "kontroversi" seputar Deportivo Palestino yang pernah dilatih oleh Manuel Pelegrini diawal-awal karir kepelatihannya itu, meskipun selalu dianggap meresahkan oleh komunitas yahudi di Chili dan mungkin di dunia, justeru menjadi daya tarik bagi sponsor untuk beramai-ramai ikut memajang logo perusahaanya di jersey yang dipakai Luiz Jimenes dan anggota squad lainnya. Tidak heran jika kemudian jersey Deportivo Palestino serasa kain pajangan penjual emblem yang penuh dengan logo-logo perusahaan sponsor.
Tahun 2020 yang lalu, tepat saat Deportivo Palestino merayakan ulang tahun ke-100, manajemen merilis jersey peringatan dengan tambahan label khusus diatas nomor punggung pemain, yaitu sebuah pesan penuh makna sekaligus spirit bagi klub dan seluruh penggemar yang bermakna "More than a team, it is entire people" dalam bahasa Arab dan Spanyol ang artinya Lebih dari sekedar tim, ini adalah seluruh orang yang konon maknanya adalah Deportivo Palestino bukanlah sekedar tim sepakbola biasa, Deportivo Palestino adalah reperesentasi kemanusiaan.
Baca Juga : Mengenal Alat Musik Dayak Sape' dan Keledi, Instrumen "Sound of Borobudur" dari Kalimantan
Selain peluncuran jersey sepesial diatas, pada peringatan seabad klub ini, presiden Deportivo Palestino Jorge Uauy juga meresmikan museum jersey virtual Deportivo Palestino. Museum virtual pertama di Chili yang memungkinkan siapa saja bisa mempelajari sejarah tim lebih dalam ini juga berisi tur berjalan kaki virtual melalui Stadion La Cisterna dan ruang ganti pemain yang juga berisi berbagai kaos yang telah dikenakan tim selama 40 tahun terakhir.
Luar biasanya, solidaritas dan dukungan moral ala Deportivo Palestino terhadap "saudara-saudaranya" di Palestina menular ke masyarakat Chili lainnya.
Pada saat ulang tahun seabad tersebut, masyarakat Kota Santiago juga bersukacita, yang salah satunya ditandai dengan pemandangan unik pada Menara Telepon di ibu kota Santiago yang diterangi oleh keffiyeh atau surban Palestina yang kebetulan saat itu juga dijadikan media untuk mendukung rakyat Palestina secara moral atas rencana "konyol bin jahat" Israel untuk mencaplok lebih besar lagi kawasan Tepi Barat yang telah diduduki.
Baca Juga : Menggagas Sound of Borobudur Mementaskan "Campursari Kolosal" Alat Musik dari Seluruh Dunia
Tidak hanya itu, di bulan Juli yang sama, Senat Chili akhirnya menyetujui resolusi yang menyeru agar Presiden Chili, Sebastian Pinera Echenique memberlakukan undang-undang yang memboikot produk barang dari permukiman ilegal "Israel”, termasuk melarang berbagai aktivitas komersial dengan perusahaan Israel yang beroperasi di semua wilayah Palestina yang diduduki.
Sejarah Deportivo Palestino
Sebenarnya tidak perlu heran jika klub sepakbola Deportivo Palestino yang sekarang bermarkas di Kota Santiago, Chili, Amerika Selatan ini mempunyai kedekatan emosional sebegitu dalam dengan masyarakat Palestina di Timur Tengah yang jika diukur jaraknya, di antara keduanya terbentang jarak lebih dari 13.000 km, karena Deportivo Palestino memang didirikan oleh para imigran Palestina yang berhasil menyeberang dan akhirnya menetap di Chili sejak abad ke 19.
Dari situs resmi Deportivo Palestino, didapatkan kronik perjalanan sejarah klub yang dimulai sejak tahun 1920 dari Kota kecil Osorno, wilayah Chili bagian Selatan, hampir 1000 km dari ibukota Santiago.
Awalnya, klub yang didirikan oleh para imigran dari Palestina ini hanya dibentuk untuk mengikuti kejuaraan lokal di kota Osorno, sekaligus sebagai respon kekecewaan mereka atas keengganan masyarakat asli Chili yang saat itu masih enggan memberikan "tempat" kepada pemain-pemain sepakbola potensial dari imigran Palestina.
Karena alasan-alasan itulah, Deportivo Palestino akhirnya didirikan oleh para imigran dari Palestina yang secara total jumlahnya mencapai 500.000-an jiwa atau sekitar 2,6 % dari total penduduk Chili.
Uniknya, mereka sengaja memakai nama negeri asalnya Palestina dalam dialek bahasa Spanyol, Palestino agar tetap ingat dengan negeri moyang mereka. Tidak hanya itu, hampir semua atribut Deportivo Palestino merepresentasikan negeri dan negara Palestina yang kita kenal sekarang.
Pada tahun 1952 atau 3 dekade setelah didirikan, Deportivo Palestino akhirnya memproklamirkan diri sebagai klub profesional setelah mendapat restu dari PSSI-nya Chili dengan status promosi ke Divisi Kedua. Luar biasanya, ditahun yang sama akhirnya mereka bisa lolos promosi ke liga primer atau dulunya disebut sebagai Divisi Pertama
Setelah mengoleksi 2 kali titel juara, Deportivo Palestino sejak tahun 1978 sudah terlibat dan malang melintang dalam kejuaraan bergengsi antar klub di kawasan Amerika latin, Copa Libertadores untuk bertarung dengan klub-klub beken dari salah satu kawasan yang menjadi kiblat sepakbola dunia ini. Bahkan pada tahun 1979, mereka sempat masuk babak semifinal.
Meskipun sudah lama malang melintang di berbagai kompetisi nasional maupun internasional, baru pada Nopember 1988 Deportivo Palestino mempunyai stadion sendiri, Estadio Municipal de La Cisterna yang terletak di komune La Cisterna, Santiago yang saat itu ditandai dengan pertandingan persahabatan antara Deportivo Palestino melawan Puebla de México.
Baca Juga : Nggak Sengaja Ngoleksi Voucher Pulsa "Jadul", Ternyata Lumayan Lho Hasilnya!
Terakhir, Deportivo Palestino-lah yang membangun jembatan komunikasi lebih baik antara Palestina dan Chili, khususnya untuk urusan sepak bola, setidaknya sejak tahun 2002, Chili "memasok" timnas Palestina dengan pemain-pemain berdarah Palestina, seperti Roberto Shahwan, Alexis Norambuena, Jonathan Cantillana, Daniel Kabir Mustafa, Yashir Pinto dan terbaru dua punggawa Deportivo Palestino, Nicholas Zedan dan Fabian Ahuamada.
Semoga Bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI