masjid Sultan Suriansyah, masjid tua dan bersejarah yang menjadi saksi beridirinya Kota Banjarmasin sejak lima abad yang lalu.Â
Bagi Urang Banjar, rasanya memang belum sah mengaku warga Kota 1000 Sungai jika belum merasakan ademnya melaksanakan ibadah shalat diBaca Juga: Syahdunya Lantunan Tarhim Syaikh Mahmoud Al-Hussary Memang Ngangeni
Ini juga berlaku bagi para pelancong! Belum sah mengaku pernah berkelana ke Kota 1000 Sungai, jika belum sempat bersujud dengan meletakkan kepala sejajar dengan kaki di lantai kehitaman berbahan kayu besi mengkilat, sambil memuji-muji keagungan nama-Nya dengan Khusyuk!
Karena dari tempat inilah Kota Banjarmasin bermula, dari tempat inilah Islam di bumi Kota 1000 Sungai dan Kalimantan bermula, dari masjid ini pula keterikatan budaya Banjar dan budaya Islam bermula hingga menjadi identitas komunal yang saling mengikat.
Baca Juga:Â Kisah Orang-orang Rawa Menyeimbangkan Hidup dan Kehidupan di Bulan Ramadan
Ademnya saalat di masjid yang seluruh materi pembangunannya menggunakan kayu besi atau kayu ulin (Eusideroxylon zwageri ) ini, tidak hanya membuat kita betah dan berlama-lama untuk duduk bertaffakur mengagungkan kebesaran-Nya saja, tapi juga membawa suasana ruang hati dan pikiran jauh lebih adem dan fresh juga.
Uniknya lagi, berada di dalam rangkaian interior klasik serba kayu dari bangunan yang telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya ini, kita seperti berada di dalam lorong waktu yang membawa kita kembali ke romansa masa lalu di awal berdirinya kesultanan Banjar di abad 16. Beneran!
Baca Juga:Â Kojima Solusi Praktis Gaya Hidup Sehat ala Rasulullah
Bagaimana tidak, coba perhatikan semua panel pintu, dinding, jendela, atap, lantai sampai pagar yang kesemuanya terbuat dari kayu ulin yang sangat kuat, benar-benar membangun kesan tua tapi kokoh dan meneduhkan, terlebih jika meresapi dengan hati warna hijau segar yang mendominasi sebagian besar ornamen masjid.