Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

KH Zainudin MZ, Anekdot "Sholat Itu Nomor 2" dan Doa Sapu Jagat

28 April 2021   10:41 Diperbarui: 28 April 2021   10:49 3722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KH. Zainuddin MZ | republika.co.id

Selain syahdunya lantunan Shalawat Tarhim Syaikh Mahmoud Al-Hussary yang selalu ngangeni, ingatan dan kenangan bulan Ramadan di era 90-an juga tidak bisa lepas dari ceramah khas dai sejuta umat, KH Zainudin MZ dari corong pengeras suara masjid setiap selepas Ashar atau sekitar satu jam menjelang bedug Maghrib berkumandang.

Gaya dialek Betawian yang khas dengan sentuhan humor yang proporsional, menjadikan ceramah beliau relatif bisa diterima seluruh kalangan umat, tidak heran jika kemudian "gelar" sebagai da'i kondang sejuta umat terus menempel sampai akhir hayat beliau.

Baca Juga :  Menjadikan Setiap Detik Waktu Kita Bernilai Ibadah Dihadapan Allah SWT

Dari ceramah agama dengan pendekatan humanis yang disampaikan dengan bahasa rakyat yang sederhana  ala beliaulah, akhirnya banyak sekali kisah-kisah Nabi dan Rasul, akhlak-akhlak mulia, muamallah, sampai bab-bab syariat yang biasanya text book dan cenderung kaku bisa terdengar luwes, renyah dan yang terpenting menjadi lebih mudah untuk dipahami, bahkan oleh anak-anak sekalipun.

Bagi saya, sosok KH Zainudin MZ layaknya pintu masuk paling mudah dan menarik untuk mengenal wajah Islam yang rahmatan lil 'alamin. Salah satu joke segar dari beliau yang menyentak logika sekaligus membuka wawasan dan kesadaran saya tentang perlunya budaya tabayyun atau meneliti dulu kebenaran sebuah perkara sebelum menyimpulkannya, yang masih terekam jelas dalam memori saya adalah pernyatan beliau sambail bercanda tentang "fakta sholat itu nomor 2, bukan nomor 1!"

Dengan logika kekanakan saya waktu itu, saya asalnya nggremeng alias ngedumel sendiri serasa tidak terima dengan perkataan beliau. Sebabnya, pada ceramah sebelumnya beliau mengatakan dengan tegas, bahwa sholat itu tiang agama Islam dan perkara yang pertama kali akan dihisap nanti. Menurut beliau juga saat itu, kalau amalan shalat kita baik, Insha Allah amalan ibadah yang lain otomatis pasti baik juga dan begitu pula sebaliknya.

Baca Juga :  Kisah Orang-orang Rawa Menyeimbangkan Hidup dan Kehidupan di Bulan Ramadan

Maknanya, menurut saya shalat itu ibadah paling penting, lha kalau tiang agama tidak pernah kita dirikan lantas apa kabar dengan agama Islam? Kalau shalat menjadi  perkara yang pertama kali dihisap, sekaligus menjadi barometer bagi ibadah lainnya, artinya sholat harusnya nomor 1 bagi seluruh umat Islam, bukan nomor 2 seperti kata beliau!?

Halaaaah seperti mendengar gremengan hati saya, sejurus kemudian beliau "menglarifikasi" sekaligus menjelaskan dalil dari ucapannya tentang shalat itu nomor 2, bukan nomor 1 seperti yang selama ini menjadi pemahaman kolektif kita umat Islam.

Sungguh menggelikan, ternyata retorika ala beliau yang menyebut shalat itu nomor dua, layaknya ujian kecerdasan sekaligus ujian kesabaran bagi kita umat islam, terutama bagi saya. Lho kok bisa! 

Jujur, begitu mengetahui jawabannya saya jadi tertawa geli sendiri dan terus tertawa setiap mengingatnya di lain waktu. Bagaimana tidak!? Lha ternyata beliau memanfaatkan kelemahan dan kecerobohan kita (terutama saya ya!) yang malas mengkaji keIslaman sekaligus tidaksabaran dan suka terburu-buru untuk berprasangka dan berpikiran buruk sama orang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun