Serasa Deja vu, bulan Ramadan tahun ini suasananya masih serasa mengulang bulan Ramadan episode tahun kemarin. Pandemi Covid-19 masih memaksa kita semua untuk lebih banyak beraktifitas dari rumah atau lebih populer dengan istilah work from home, termasuk semua aktifitas ibadah khusus selama bulan Ramadan yang biasanya dilakukan di masjid, sekarang harus dilakukan di rumah masing-masing.
Harus diakui, meskipun masing-masing individu memberikan respon berbeda-beda, sesuai dengan referensi masing-masing, terhadap fakta pandemi covid-19,  tapi kalau kita mau obyektif melihat segala sesuatunya dengan kacamata terbuka, pandemi covid-19 juga menjadi katalisator banyak perubahan yang bermanfaat bagi kehidupan kita.Â
Baca Juga : Â Saatnya Memunculkan Kategori Penghargaan "Article of The Year" di Kompasianival 2021Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Tidak hanya teknologi telekomunikasi dan industri IT saja yang tingkat percepatan aplikasi teknologi barunya paling masif, menurut beberapa penelitian, ternyata pandemi Covid-19 juga berpengaruh signifikan terhadap meningkatnya spiritualitas masyarakat dunia.
Konon, sekarang manusia di seluruh dunia jauh lebih relijius dibanding sebelum covid-19 menyebar keseluruh pelosok dunia. Subhanallah, ini jelas kabar baik bagi kita semua. Terlepas dari sejauh mana validitas penelitian ini, kabar baik ini seharusnya menjadi inspirasi bagi kita semua untuk ikut berusaha semaksimal mungkin menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan tentunya lebih relijius.
Ramadan tahun ini, meskipun masih serasa Deja vu dari Ramadan tahun sebelumnya, tapi untuk tahun ini sebenarnya kita sudah jauh lebih siap dan lebih mampu beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan hidup baru sebagai konsekkuensi hidup ditengah pandemi. Artinya, di bulan Ramadan kali ini, semestinya kita bisa berbuat lebih banyak lagi, lebih maksimal lagi untuk menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik lagi..
Berangkat dari pemahaman inilah, saya bertekad bulat menjadikan bulan Ramadan kali ini yang masih mengharuskan kita banyak beraktifitas dari rumah sebagai media terapi, media belajar untuk berproses memaksimalkan potensi menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.Â
Lebih spesifik, sekarang saya sedang belajar menerapi diri untuk menjadikan setiap detik waktu saya bernilai ibadah dihadapan Allah SWT dan ternyata untuk memulainya relatif mudah, hanya perlu keyakinan dan konsistensi maksimal.
Mendengar kata ibadah, sebagian besar dari kita biasanya langsung membayangkan ritual sholat, puasa, baca Alquran dan lain-lannya, betul? Makanya, ketika ikhtiar saya di bulan Ramadan kali ini "kabarnya" sampai ke beberapa teman terdekat, "saya lagi belajar menjadikan setiap detik waktu kita bernilai ibadah dihadapan Allah SWT",  maka respon mereka rata-rata akan bertanya, kalau kamu ibadah terus selama 24 jam, kapan kamu cari duit, kapan kamu olahraga, kapan kamu nulis di Kompasiana, kapan kamu ngliping koran, kapan kamu tidur dan pertanyaan kapan-kapan yang lainnya ...!?