Baca Juga : Â Kisah "Madam", Memahami Tradisi Merantau Urang Banjar ke Berbagai Penjuru Dunia
Ragam pangan hasil sungai/rawa yang membentuk budaya kuliner khas Urang Banjar selanjutnya adalah sayur-sayuran. Hanya saja, secara tradisi, sebenarnya budaya kuliner Urang Banjar relatif tidak "mengenal" sayur-sayuran, jika sayur-sayuran yang dimaksud adalah jenis sayur-sayuran yang umum dijual di pasar-pasar tradisional di Pulau Jawa, seperti kubis, sawi, bayam, kentang, wortel yang secara generalisir biasa disebut sayuran gunung oleh Urang Banjar.
Sedangkan yang dimaksud sayuran dalam kuliner Urang Banjar, mayoritas juga berasal dari ekosistem rawa/sungai di sekitar lingkungan tempat tinggalnya dan sepertinya asing ditelinga masyarakat umum, seperti batang  talipuk atau batang bunga teratai (Nymphae  pubescens Willd), Genjer (Limnocharis  flava), Kalakai atau pakis (Stechnolaena palustris), pucuk daun supan-supan dll.   Â
Baca Juga : Â Kojima Solusi Praktis Gaya Hidup Sehat ala Rasulullah
Setelah beras dan sayuran, kekayaan hasil sungai dan rawa lainnya yang punya andil besar membentuk keseimbangan budaya kuliner khas Urang Banjar adalah aneka jenis ikan dan unggas berhabitat rawa.Â
Pada dasarnya, Urang Banjar memakan semua jenis ikan sungai/rawa yang hidup bersama-sama dalam ekosistem khas banua, tapi umumnya mempunyai ketergantungan sangat tinggi terhadap dua jenis ikan yang paling banyak terlibat dalam kuliner tradisionalnya, yaitu ikan haruan atau ikan gabus (Channa Striata) dan ikan papuyu  atau ikan betok/betik (Anabas Testudneu).
Urang Banjar, apalagi yang tinggal di lingkungan rawa dalam, tiga elemen makanan sehari-hari diatas, beras banjar, sayur dan ikan rawa/sungai dan atau unggas rawa, semaksimal mungkin diusahakan harus ada di bawah tudung saji dan cukup sesuai kebutuhan, karena dengan kelengkapan itulah keseimbangan berkuliner yang akan membawa dampak pada kesehatan tubuh ala Urang Banjar diyakini akan terpenuhi. Termasuk untuk menjaga keseimbangan asupan gisi makanan di bulan Ramadan.
Memang, seiring dengan banyaknya pendatang yang masuk ke banua Banjar, akhirnya juga memungkinkan terjadinya akulturasi budaya, termasuk urusan budaya kuliner. Salah satu yang paling menonjol terlihat adalah adanya pergeseran untuk jenis sayur-sayuran konsumsi, di mana sekarang Urang Banjar mulai terbiasa dengan "sayuran gunung", bahkan belakangan sayuran rawa justeru mulai langka di bawah tudung saji. Â