Di dalam pertempuran perang Uhud, pasukan muslim yang berjumlah sekitar 700 mujahid harus bertempur habis-habisan melawan pasukan musyrikin Quraisy dari Makkah yang berjumlah sekitar 3000 orang.
Tekad bulat para mujahid yang sudah merindukan surga, menjadikan mereka bertempur habis-habisan dan sama sekali tidak takut mati, sayang kemenangan yang sudah didepan mata harus ambyar, gara-gara tidak amanahnya pasukan penjaga di atas bukit.
Mereka tidak mengindahkan perintah Rasulullah, ikut turun ke lembah untuk ikut memunguti ghanimah, sehingga strategi yang sudah disusun rapi menjadi berantakan, ketika disaat bersamaan pasukan musyrikin berhasil membaca keslahan tersebut dan akhirnya berhasil menyerang balik hingga akhirnya menang perang.
Baca Juga : Kojima Solusi Praktis Gaya Hidup Sehat ala Rasulullah
Setelah perang usai, semua pasukan muslim membicarakan sosok sahabat Qotzman yang akhirnya ditemukan gugur di medan pertempuran. Di sepanjang pertempuran, semua pasukan muslim benar-benar dibuat takjub dan kagum oleh aksi sahabat Qotzman yang di sepanjang pertempuran bertarung seperti layaknya seekor banteng terluka yang mengamuk membabat apa saja yang ada dihadapannya.
Meskipun akhirnya ditemukan meninggal di medan pertempuran, tapi semua pasukan muslim mengakui keberaniannya yang sepertinya tidak tertandingi oleh siapapun, tidak heran jika kemudian semua pasukan merasa bangga dengan syahidnya sahabat Qotzman.
Tapi sepertinya tidak dengan Rasulullah! Demi mendengar percakapan para sahabat tentang sahabat Qotzman, Rasulullah pun akhirnya memberi klarifikasi dengan menegatakan bahwa "sebenarnya Qotzman tidak meninggal dalam keadaan syahid, tapi justeru menjadi golongan penduduk neraka.”.
Baca Juga : Kisah Ali bin Abi Thalib Menjadikan Shalat sebagai Obat Pembius (Anestesi)
Mendengar pernyataan Rasulullah, semua sahabat menjadi heran dan bingung, hingga saling berpandangan satu sama lain sambil mememinta penjelasan Rasulullah lebih detail lagi.
“Ketahuilah, dalam peperangan tadi, Qotzman terluka parah akibat ditikam oleh pihak musuh. Badannya penuh dengan darah dari mata luka yang begitu banyak, hingga membuatnya tidak kuat menahan rasa sakit, sampai akhirnya membenamkan mata pedangnya sendirike dalam dadanya.”