Tarhim yang Melegenda
Bagi masyarakat Jawa Timur dan sepertinya juga nusantara, tentu tidak akan asing dengan lantunan Tarhim atau ada yang menyebutnya sebagai Shalawat Tarhim, salah satu ciri akustik islam di Indonesia yang paling melekat dalam ingatan khalayak jika menyebut Ramadan, khususnya bagi generasi 60-an sampai pada 90-an.
Sejak era tahun 60-an sampai sekitar 90-an, Tarhim, lantunan syahdu syair yang berisi ungkapan kerinduan kepada Rasulullah SAW  gubahan dari Syekh Mahmoud Khalil Al-Husary itu senantiasa mengiringi suasana Ramadan masyarakat nusantara, khususnya sebagai penanda masuknya waktu imsyak dan sesaat sebelum azan Magrib, sehingga lama-kelamaan keduanya begitu identik.Â
Mendengar Tarhim pasti Ramadan dan Kalau Ramadan pasti akan terdengar Tarhim.
Uniknya, meskipun begitu populer, sangat akrab di telinga dan hati masyarakat nusantara, tapi awalnya banyak yang tidak tahu siapa yang melantunkannya begitu syahdu dan juga nama bacaanya, apalagi paham dengan maksud dari isi dari teks syairnya yang memang berbahasa Arab. Tapi, karena lebih identik sebagai pengantar waktu imsyak, tidak heran jika kemudian banyak masyarakat yang justeru mengenal dan menyebutnya sebagai azan imsyak. Â
Tarhim di Indonesia yang paling ikonik adalah yang dilantunkan begitu syahdu oleh penggubahnya sendiri, Syekh Mahmoud Khalil Al-Husary (1917-1980), seorang qâri’ ternama dari Mesir alumnus Universitas  Al-Azhar, bergelar Sheikh al-Maqâri’ (guru para ahli qira’ah) , tapi ada juga yang menyebut dilantunkan oleh Syeikh Abdul Azis, juga dari Mesir.
Baca Juga : Â Merdeka dari Belenggu Aquaphobia
Di Kalimantan Selatan, sampai awal dekade tahun 2000-an Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang menjadi siaran rujukan (relay) hampir semua masjid di Kota Banjarmasin dan sekitarnya masih menyiarkan Tarhim, pada saat memasuki waktu Imsyak dan menjelang azan Maghrib, tapi setelahnya diganti dengan pembacaan shalawat lain dari salah satu Guru/ulama lokal sampai sekarang, bahkan saat Ramadan.Â
Jadi sekarang ini, kangen banget Deja Vu, sama suara Syeikh Mahmud Al-Husshari, mengumandangkan Tarhim dari corong pengeras suara masjid atau mushalla di kampung ala tahun 80-90an.Â
Sejarah Tarhim
Sejarah panjang melekatnya Tarhim dalam ingatan, pendengaran dan juga hati masyarakat nusantara, tidak bisa lepas dari peran Radio Yasmara (Yayasan Masjid Rahmat), Surabaya sebagai stasiun radio yang pertama kali menyiarkannya ke ranah publik dan selanjutnya secara nasional disiarkan oleh RRI (Radio Republik Indonesia) dan radio-radio lokal di seluruh nusantara.
Sayangnya, sampai detik ini belum ditemukan catatan resmi sejarah masuknya Tarhim ke Indonesia, termasuk sejarah penyiarannya melalui stasiun radio, hingga melegenda. Satu-satunya sumber dokumen tertulis yang ada adalah dokumentasi berupa kopi rekaman Tarhim dari perusahaan rekaman Lokananta yang mencatat kepingan rekaman berupa piringan hitam itu direkam tahun 1959.
Baca Juga : Â Terus Berikhtiar, Pasar Wadai Ramadan-pun Move On ke Layanan Online
Memang tidak ada dokumen ataupun catatan resmi Syekh Mahmoud Khalil Al-Husary merekam lantunan  Tarhim tersebut di Lokananta pada tahun-tahun tersebut, meskipun banyak sumber yang menyebut Syekh Mahmoud Khalil Al-Husary memang pernah ke Indonesia pada tahun-tahun tersebut.
Syair Tarhim
Ash-shalatu was-salamu 'alayk, Ya Imaamal Mujahidin, Â Ya Rasulallah
Ash-shalatu was-salamu 'alayk, Ya Nashiral Huda, Â Ya Khayra Khalqillah
Ash-shalatu was-salamu 'alayk, Ya Nashiral Haqqi Ya Rasulallah
Ash-shalatu was-salamu 'alayk, Ya Man asra bikal muhayminu laylan
Nilta ma nilta wal-anaamu niyamu
Wa taqaddamta lish-shalati fashalla
Kullu man fis-samai wa antal imamu
Wa ilal muntaha rufi'ta kariiman
Wa sami'ta nid-an 'alaykas salam
Ya Karimal Akhlaq Ya Rasulallah
Shallallahu 'alayka Wa 'ala alika wa ashhabika ajma'in
Baca Juga : Â Meluruskan Kekeliruan Massal "Umat Muslim"
Arti :
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu,
duhai pemimpin para pejuang, ya Rasulallah.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu,
duhai penuntun petunjuk Ilahi, duhai makhluk yang terbaik.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu,
duhai penolong kebenaran, ya Rasulallah.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu,
Wahai Yang Memperjalankanmu di malam hari Dialah Yang Maha Melindungi.
Engkau memperoleh apa yang kau peroleh sementara semua manusia tidur.
Semua penghuni langit melakukan shalat di belakangmu dan engkau menjadi imam.Â
Engkau diberangkatkan ke Sidratul Muntaha karena kemuliaanmu.
... dan engkau mendengar suara ucapan salam atasmu.
Duhai yang paling mulia akhlaknya, ya Rasulullah.
Semoga shalawat selalu tercurahkan padamu,
atas keluargamu dan sahabatmu.
Semoga Bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H