Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mewaspadai Virus Nipah, Belum Ada Obatnya dan Berpotensi Memicu Pandemi Baru

29 Januari 2021   16:48 Diperbarui: 30 Januari 2021   08:28 1792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Kita wajib mewaspadai Virus Nipah atau NiV yang diidentifikasi pertama kali di Malaysia ini. Selain karena lokasinya relatif dekat, kebetulan daya jelajah si kelelawar buah yang menjadi inang alaminya ini bisa mencapai Sumatera bagian Utara lho! Ngerinya lagi, virus berbahaya ini sampai sekarang juga belum ada vaksinnya.

Pandemi covid-19 belum tertangani dengan baik. Bahkan di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di wilayah Jawa-Bali selama dua minggu grafiknya justru tambah naik.

Kini kawasan Benua Asia bahkan juga dunia, kembali terancam oleh kemunculan pandemi baru yang disebut disebabkan oleh virus nipah (NiV). Virus yang sebenarnya telah ditemukan sejak 1998 silam di lingkungan peternak babi di Malaysia. Sayangnya sampai sekarang belum ada vaksinnya.

Kekhawatiran ini  diungkapkan WHO dan para ilmuwan, termasuk salah satunya peneliti yang juga ahli virus dari Chulalongkorn University, Bangkok, Supaporn Wacharapluesadee, sosok yang pertama kali berhasil mendeteksi kasus covid-19 di luar China yang juga menjabat sebagai Direktur Red Cross Emerging Infectious Disease-Health Science Centre, lembaga penelitian yang meneliti penyakit-penyakit infeksi baru.

Baca Juga :  Diam-diam Terinfeksi Covid 19, Diam-diam Juga Virus Mutasinya Melakukan Reinfeksi!

Saat ini, Red Cross Emerging Infectious Disease-Health Science Centre  yang berkedudukan di Bangkok, Thailand juga sedang mempelajari potensi dan kemungkinan virus Nipah menjadi pandemi berikutnya di Asia bahkan dunia.

Hasil analisis sampel spesies pada kelelawar buah (Pteropus sp.) menunjukkan satwa ini berpotensi menjadi reservoir yang baik bagi penularan virus nipah yang bisa saja memicu ancaman pandemi layaknya covid-19, bahkan dengan persentase tingkat kematian yang jauh lebih tinggi, berkisar 40 hingga 75 persen. Woooow!

Supaporn Wacharapluesadee | GETTY IMAGES via BBC INDONESIA
Supaporn Wacharapluesadee | GETTY IMAGES via BBC INDONESIA

Apa itu Virus Nipah ?

Menurut catatan WHO, virus Nipah atau NiV lebih dulu mewabah di Malaysia, Singapura, hingga India. Sebagai salah satu patogen penyakit zoonotik alias golongan virus zoonosis yang berbahaya, karena bisa menular dari hewan ke manusia dan bisa juga melalui makanan yang terkontaminasi ini, dilaporkan telah menyebabkan kematian pada lebih dari 100 orang.

Penamaan virus ini diambil dari lokasi ditemukannya kasus pertama, yaitu di Malaysia pada tahun 1998. Tepatnya di Kampung Sungai Nipah, negara bagian Negeri Sembilan.

Bagi masyarakat kita mungkin nama nipah juga cukup familiar, merujuk pada pohon nipah, sejenis palem-paleman yang banyak tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut tepi laut.

Baca Juga:  Penting, Sebaiknya Tes Buta Warna Dulu Sebelum Memilih Sekolah/Kampus Impianmu!

Virus Nipah merupakan virus ribonuclei acid (RNA) dan termasuk dalam Genus Morbilivirus, famili Paramyxoviridae yang berinduk semang pada kelelawar buah (Pteropussp.) yang sejauh ini juga diketahui sebagai inang alaminya. 

Uniknya, penyebaran NiV di Malaysia ternyata melalui babi yang sebelumnya terinfeksi virus dari kotoran kelelawar buah. Kemudian kawanan babi dalam peternakan diketahui berperan sebagai inang lanjutan yang dapat mengamplifikasi NiV menjadi berlipat ganda dalam jumlah yang sangat besar. Akhirnya menularlah ke hewan babi lainnya di lingkungan peternakan, juga ke kuda, anjing, sampai ke manusia. 

Penularan virus Nipah bisa terjadi tidak hanya melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, tapi dalam perjalanannya bisa juga melalui kontak dengan makanan atau bekas/sisa makanan yang terkontaminasi oleh cairan hewan yang terinfeksi, seperti buah-buahan yang terkena air liur atau air seni kelelawar pembawa virus Nipah.

Selain itu ada juga laporan kasus infeksi NiV pada orang yang memanjat pohon tempat kelelawar sering bertengger dan juga kemungkinan penularan virus antarmanusia seperti kasus yang dilaporkan antara keluarga dan perawat pasien yang terpapar. Ini berbahayanya Niv!

Mengerikannya lagi, periode inkubasi Niv tergolong cukup lama, bahkan ada laporan bisa mencapai 45 hari. Artinya, inang yang telah terinfeksi, sama sekali tidak menyadarinya dan mempunyai kesempatan untuk menyebarkannya secara lebih luas dan masif.

Virus Nipah yang ditemukan pada paru-paru babi di Malaysia| Peter Hooper/CSIRO/Wikimedia/kompas.com
Virus Nipah yang ditemukan pada paru-paru babi di Malaysia| Peter Hooper/CSIRO/Wikimedia/kompas.com

Fakta NiV

Ketika virus nipah menyerang Malaysia dan Singapura lebih dari satu dekade silam, awalnya diidentifikasi dari beberapa penduduk di Kampung Sungai Nipah yang berprofesi sebagai peternak babi dan orang-orang yang berhubungan dekat dalam lingkaran peternakan babi.

Mereka mengalami penyakit pernafasan, termasuk batuk, sakit tenggorokan, meriang dan lesu, serta ensefalitis, pembengkakan otak yang dapat menyebabkan kejang-kejang dan kematian. Saat itu, dari sekitar 300 kasus orang yang terinfeksi NiV, 100 orang di antaranya meninggal.

Untuk mengantisipasi wabah ini, akhirnya lebih dari satu juta babi disuntik mati di Malaysia.

Berikutnya dalam 11 wabah Niv di Bangladesh yang kemudian dikonfirmasi juga menyebar ke India, dari 2001 hingga 2011, tercatat 196 orang di Bangladesh dikonfirmasi terinfeksi dan 150 orang di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Mereka diperkirakan terinfeksi Niv dari kebiasaan mengonsumsi getah kurma mentah yang kemungkinan besar telah terkontaminasi kotoran kelelawar yang telah tertular virus.

WHO telah mengidentifikasi NiV sebagai penyakit prioritas dalam WHO Research and Development Blueprint, namun saat ini, belum ada obat atau vaksin definitif, khusus untuk menangkal infeksi virus Nipah. 

Umumnya, orang yang terinfeksi NiV  akan mengalami berbagai penyakit infeksi asimtomatik (tanpa gejala), hingga infeksi saluran pernapasan akut dan ensefalitis yang fatal.

Menurut Center of Disease Control Amerika Serikat (CDC), umumnya gejala akan muncul dalam 4-14 hari setelah terinfeksi, (tapi ada juga laporan yang sampai 45 hari) yang ditandai dengan demam dan sakit kepala, mialgia (nyeri otot), batuk, sakit tenggorokan, sulit bernapas, dan muntah yang bisa berlangsung selama 3-14 hari. Mirip kan dengan Covid-19!?

Pada gejala infeksi NiV yang parah, menyebabkan disorientasi atau kebingungan karena kesadaran yang berubah/menurun, pada beberapa orang dapat mengalami pneumonia atipikal dan masalah pernapasan yang parah, termasuk gangguan pernapasan akut.

Jika memburuk, menyebabkan Ensefalitis dan kejang yang bisa berkembang menjadi koma dalam waktu 24-48 jam. 

Cara Cegah Virus Nipah?

Masyarakat nusantara tidak perlu khawatir berlebihan, terkait ramainya pemberitaan NiV beberapa hari terakhir, walaupun tetap harus ekstra waspada! 

Virus nipah mempunyai pola yang tidak jauh berbeda dengan covid-19 yang sekarang dengan mati-matian coba kita halau jauh-jauh. Artinya, untuk mencegah tertular covid-19 sekaligus bebas NiV, sebisa mungkin kita tetap menerapkan gaya hidup bersih dan sehat!

Aplikasinya riilnya, tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat, seperti tetap menerapkan 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun/disinfektan, menjaga jarak, dan sebagai tambahan atau penyempurna ikhtiar, jangan lupa melengkapinya dengan mengonsumsi asupan yang sehat dan seimbang serta tetap olahraga yang cukup.

Selain itu, ada baiknya juga kita mulai membiasakan diri untuk melakukan tindakan pencegahan spesifik berikut sebagai ikhtiar, seperti:

- Menghindari kontak langsung, termasuk dengan area tempat hidup dan juga mengkonsumsi hewan-hewan sumber infeksi NiV
- Menghindari konsumsi buah-buahan yang menjadi makanan utama kelelawar (atau kalau ingin mengonsumsi, cuci dengan bersih)
- Menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh siapa pun yang diketahui terinfeksi NiV (virus Nipah)

Semoga Bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun