Kita wajib mewaspadai Virus Nipah atau NiV yang diidentifikasi pertama kali di Malaysia ini. Selain karena lokasinya relatif dekat, kebetulan daya jelajah si kelelawar buah yang menjadi inang alaminya ini bisa mencapai Sumatera bagian Utara lho! Ngerinya lagi, virus berbahaya ini sampai sekarang juga belum ada vaksinnya.
Pandemi covid-19 belum tertangani dengan baik. Bahkan di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di wilayah Jawa-Bali selama dua minggu grafiknya justru tambah naik.
Kini kawasan Benua Asia bahkan juga dunia, kembali terancam oleh kemunculan pandemi baru yang disebut disebabkan oleh virus nipah (NiV). Virus yang sebenarnya telah ditemukan sejak 1998 silam di lingkungan peternak babi di Malaysia. Sayangnya sampai sekarang belum ada vaksinnya.
Kekhawatiran ini  diungkapkan WHO dan para ilmuwan, termasuk salah satunya peneliti yang juga ahli virus dari Chulalongkorn University, Bangkok, Supaporn Wacharapluesadee, sosok yang pertama kali berhasil mendeteksi kasus covid-19 di luar China yang juga menjabat sebagai Direktur Red Cross Emerging Infectious Disease-Health Science Centre, lembaga penelitian yang meneliti penyakit-penyakit infeksi baru.
Baca Juga : Â Diam-diam Terinfeksi Covid 19, Diam-diam Juga Virus Mutasinya Melakukan Reinfeksi!
Saat ini, Red Cross Emerging Infectious Disease-Health Science Centre yang berkedudukan di Bangkok, Thailand juga sedang mempelajari potensi dan kemungkinan virus Nipah menjadi pandemi berikutnya di Asia bahkan dunia.
Hasil analisis sampel spesies pada kelelawar buah (Pteropus sp.) menunjukkan satwa ini berpotensi menjadi reservoir yang baik bagi penularan virus nipah yang bisa saja memicu ancaman pandemi layaknya covid-19, bahkan dengan persentase tingkat kematian yang jauh lebih tinggi, berkisar 40 hingga 75 persen. Woooow!
Apa itu Virus Nipah ?
Menurut catatan WHO, virus Nipah atau NiV lebih dulu mewabah di Malaysia, Singapura, hingga India. Sebagai salah satu patogen penyakit zoonotik alias golongan virus zoonosis yang berbahaya, karena bisa menular dari hewan ke manusia dan bisa juga melalui makanan yang terkontaminasi ini, dilaporkan telah menyebabkan kematian pada lebih dari 100 orang.
Penamaan virus ini diambil dari lokasi ditemukannya kasus pertama, yaitu di Malaysia pada tahun 1998. Tepatnya di Kampung Sungai Nipah, negara bagian Negeri Sembilan.