Nostalgia Wadai Koya
Bagi generasi yang sempat merasakan masa kanak-kanak dan remaja antara tahun 70-90an, tentu tidak asing dengan wadai koya atau sebutan versi aslinya kuwe koya.
Kue jadul bercitarasa manis dengan aroma vanili (Vanilla planifolia) lembut ini umumnya berbentuk bulat-bulat dengan sedikit rongga di salah satu sisinya. Ada yang masih ingat?
Baca Juga : Â Sedapnya Puracit, Putu Mayang Legit dari Banjarmasin yang Mulai Langka
Wadai Koya yang berbahan utama tepung beras ketan dengan tekstur kering dan lembut ini menjadi salah satu kue nge-hits pada 5 (lima) sampai 2 (dua) dekade silam (konon tahun 60-an kue ini sudah ada).
Kehadirannya di barisan toples lebaran dan juga hajatan masyarakat Jawa Timuran seperti hal yang wajib. Mungkin juga tersebar di seluruh nusantara dari Sabang sampai Merauke.
Salah satu keunikan yang paling diingat oleh penikmat kue yang cikal bakalnya konon berasal dari negeri Cina ini adalah kuenya yang ringkih dan mudah ambyar alias mudah hancur.
Ini uniknya!Â
Ketika masuk ke dalam rongga mulut, tanpa harus digigit, wadai ini sudah hancur sendiri. Ada yang mengekspresikan fragmen wadai koya pas di dalam mulut ini sebagai lumer, layaknya tekstur wadai atau kue basah lainnya.
Bedanya, mungkin lumernya wadai koya yang kering ini seperti kembali menjadi tepung. Di mulut aja wadai koya ini begitu rapuh, bisa dibayangkan jika proses material handling-nya nggak hati-hati!?