Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Monumentalnya Kompleks Makam Pahlawan Nasional Hasan Basry di Liang Anggang

12 November 2020   22:00 Diperbarui: 13 November 2020   00:34 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prasasti Naskah Proklamasi ke-2 | @kaekaha

"Waja sampai kaputing"

Sesanti Waja Sampai Kaputing yang menjadi bagian dari lambang Propinsi Kalimantan Selatan, menurut sejarahnya doadopsi dari semboyan bertuah Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing yang secara luas dikenal digunakan Pahlawan Nasional Divisi ALRI Kalimantan Selatan, Hasan Basry dalam menggelorakan semangat juang pasukannya ketika melawan penjajah Belanda. 

Secara leksikal, sesanti yang tersusun dari rangkaian bahasa Banjar ini berarti haram menyerah baja sampai ke ujung yang secara gramatikal biasa dimaknai sebagai haram menreah sampai titik darah penghabisan.secara lengkap, kalimatnya adalah sebagai berikut dengan kalimat , artinya berjuang sampai titik darah penghabisan.

Sesanti Waja Sampai Kaputing yang @kaekaha
Sesanti Waja Sampai Kaputing yang @kaekaha

Sesanti Waja Sampai Kaputing itu juga yang menjadi pengisi salah satu ornamen monumental di komplek makam Pahlawan Nasional Brigjen (Purn) H. Hasan Basry yang terletak tepat di tengah-tengah simpang empat asimetris Muara Liang Anggang, sebuah kawasan strategis yang terletak ditengah-tengah akses perempatan jalan besar yang menghubungkan Kota Banjarmasin dengan Kota Banjarbaru ke arah Kalimantan Timur, juga akses menuju wilayah Kabupaten Tanah Laut sampai Kotabaru dan satunya lagi akses bebas hambatan menuju pelabuhan utama Banjarmasin, Trisakti.

Baca Juga:  Pasar Tungging, Simalakama Pasar Rakyat "Berjadwal" Khas Urang Banjar

Jadi, selain tidak dimakamkan di taman makam pahlawan layaknya para pahlawan lainnya, lokasinya makamnya yang berada di jalur akses transportasi menjadi sangat mudah ditemukan dan yang tidak kalah menariknya, kawasan komplek makam yang berada tepat di titik sentral area perempatan asimetris yang berbentuk layaknya pulau seluas sekitar 1 ha lebih ini sangat strategis, baik sebagai pembagi sekaligus pemecah kepadatan arus lintas di jalur jalan A. Yani yang menghubungkannya dengan semua propinsi di Kalimantan tersebut, maupun sebagai destinasi pariwisata kedepannya.

Bangunan Berkubah Semacam Mausoleum | @kaekaha
Bangunan Berkubah Semacam Mausoleum | @kaekaha

Ini salah satu keunikan sekaligus daya tarik komplek makam Pahlawan Nasional Indonesia Brigjen (Purn) H. Hasan Basry,  putera kelahiran Kota Kandangan, ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, sama seperti tokoh nasional perintis industri penerbangan nasional Marsekal Muda Udara (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo yang namanya sempat diabadikan pada pabrik pesawat nasional Industri Pesawat Terbang Nurtanio atau IPTN yang sekarang berganti menjadi PT Dirgantara Indonesia.  

Menariknya, kedua tokoh tersebut tidak hanya sama-sama tercatat lahir di Kota Kandangan saja, tapi juga sama-sama lahir di tahun yang sama, yaitu tahun 1923.

Pusara  makam Pahlawan Nasional Brigjen (Purn) H. Hasan Basry dari Kejauhan | @kaekaha
Pusara  makam Pahlawan Nasional Brigjen (Purn) H. Hasan Basry dari Kejauhan | @kaekaha

Monumentalnya Kompleks Makam

Kesan mewah tapi tetap membumi langsung terlihat begitu memasuki komplek makam Pahlawan Nasional Brigjen (Purn) H. Hasan Basry yang berkonsep akulturatif antara gaya bangunan eropa dan Islam, terlebih keseluruhan bangunan utamanya yang didominasi oleh elemen batu marmer berwarna keputihan.

Meski begitu, suasana lingkungannya relatif tetap sejuk segar meskipun berada ditengah-tengah padatnya arus lintas jalan raya disekitarnya yang tidak pernah sepi dari lalu lalang kendaraan bermotor, dari roda dua sampai truk kontainer berroda puluhan biji yang pastinya meninggalkan jejak polusi suara dan udara. 

Sepertinya, pagar taman berupa tanaman-tanaman langka khas hutan Kalimantan dan juga bergam tanaman perdu berbunga yang ditanam di komplek makamlah yang menetralkan polusi sekaligus menyegarkan udara dan juga  mata pengunjng di sekeliling komplek makam sang jenderal yang posisinya tepat berada di tengah-tengah komplek, bagian atasnya ternaungi oleh konstruksi atap kanopi berbahan aluminium yang cukup tinggi, jadi memberi kesan luas dan leluasa.

Prasasti Naskah Proklamasi Kalimantan tanggal 17 Mei  1949 | @kaekaha
Prasasti Naskah Proklamasi Kalimantan tanggal 17 Mei  1949 | @kaekaha

Tidak jauh dari pusara  pahlawan nasional yang oleh masyarakat banua digelari "Bapak Gerilya Kalimantan" ini, terdapat 2 (dua) buah prasasti naskah Proklamasi Kalimantan tanggal 17 Mei  1949 yaitu sebuah proklamasi yang menyatakan Kalimantan bagian yang tak terpisahkan dari Republik Indonesia, sebagai reaksi atas Perjanjian Linggarjati yang menyatakan hanya pulau Jawa yang merupakan wilayah Republik Indonesia. 

Hasan Basry yang saat kejadian bersejarah tersebut berpangkat Letnan Kolonel dan menjabat komandan batalyon ALRI DIVISI IV, merupakan sosok penandatangan sekaligus pembaca teks proklamasi tersebut dalam upacara penaikan bendera merah putih yang dilakukan secara sederhana dalam kedaruratan perang di Mandapai, Padang Batung, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. 

Prasasti pertama posisinya layaknya secarik naskah tulisan yang dilatakkan di atas meja baca yang terbuat dari batu marmer berornamen berwarna kehitaman, sedang naskah satunya lagi layaknya prasasti pada umumnya yang seolah-olah terpahat pada bidang batu besar berbahan marmer berwarna senada, kehitaman. 

Prasasti Naskah Proklamasi ke-2 | @kaekaha
Prasasti Naskah Proklamasi ke-2 | @kaekaha

Posisi kedua prasati naskah Proklamasi Kalimantan tanggal 17 Mei  1949 ini solah-olah mengapit pusara tokoh militer dan pendidikan Kalimantan Selatan yang mendapatkan pengakuan dari negara berdasar Surat Keputusan Presiden No. 110/TK/2001 tanggal 3 November 2001.

Di sekitar bangunan utama makam yang dibangun dengan konsep terbuka tersebut, selain kesejukan taman yang berisi tanam-tanaman hijau langka dari hutan Kalimantan, juga dibangun beberapa bangunan penunjang berupa jalan melingkar yang dibeberapa titik terdapat bangunan berkubah semacam mausoleum layaknya pekuburan para tokoh di eropa dan juga bangunan penunjang operasional komplek makam seperti kantor dan pos penjaga.

Monumen Divisi  IV ALRI | @kaekaha
Monumen Divisi  IV ALRI | @kaekaha

Monumen Divisi IV ALRI

Selain berbagai pernik bangunan tematik untuk menambah keindahan komplek makam pahlawan nasional yang juga pendiri Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin ini, di sisi timur komplek makam yang menghadap ke arah double way Jalan A. Yani dari dan ke arah Kota Banjarbaru, terdapat bangunan megah Monumen Divisi  IV ALRI yang dibangun sejak tahun 2013 silam dengan bagian terpentingnya adalah dua buah alutsista bekas alat perang milik kesatuan marinir TNI AL, yaitu berupa tank amfibi PT 76 dan meriam jenis howitzer kaliber 105 mm yang diangkut dari Surabaya.

Universitas Lambung Mangkurat (ULM) adalah universitas negeri tertua di Kalimantan yang berdiri pada 21 September 1958 di bawah pengelolaan Presiden Universitas (rektor) pertama  Letkol H. Hasan Basry,  Wakil Presiden Mayor Abdul Wahab Syahranie, dan Sekretaris Drs. Aspul Anwar. Sekedar informasi,  Mayor Abdul Wahab Syahranie atau aslinya Abdoel Wahab Sjachranie merupakan Urang Banjar yang kelak dikenal sebagai Guberneur Kalimantan Timur periode 1972-1978 dan juga ayahanda dari musisi Eet Syahrani, gitaris band cadas kenamaan Indonesia, EDANE.

Makam Pahlawan Nasional Hasan Basri  | @kaekaha
Makam Pahlawan Nasional Hasan Basri  | @kaekaha

Dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini, komplek makam Pahlawan Nasional Brigjen (Purn) H. Hasan Basry secara resmi ditutup untuk umum, yang ditandai dengan ditutupnya dua portal keluar dan masuk area parkir komplek makam tanpa penjaga, tapi karena posisi kawasan komplek makam pahlawan ini berada tepat di pinggir jalan dan "bisa" dimasuki dari arah manapun, maka setiap saat pengunjung ataupun peziarah tetap bisa menikmati suasana "lain" di kawasan terbuka makam yang hijau menyegarkan.

Mudahan bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun