"Waja sampai kaputing"
Sesanti Waja Sampai Kaputing yang menjadi bagian dari lambang Propinsi Kalimantan Selatan, menurut sejarahnya doadopsi dari semboyan bertuah Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing yang secara luas dikenal digunakan Pahlawan Nasional Divisi ALRI Kalimantan Selatan, Hasan Basry dalam menggelorakan semangat juang pasukannya ketika melawan penjajah Belanda.Â
Secara leksikal, sesanti yang tersusun dari rangkaian bahasa Banjar ini berarti haram menyerah baja sampai ke ujung yang secara gramatikal biasa dimaknai sebagai haram menreah sampai titik darah penghabisan.secara lengkap, kalimatnya adalah sebagai berikut dengan kalimat , artinya berjuang sampai titik darah penghabisan.
Sesanti Waja Sampai Kaputing itu juga yang menjadi pengisi salah satu ornamen monumental di komplek makam Pahlawan Nasional Brigjen (Purn) H. Hasan Basry yang terletak tepat di tengah-tengah simpang empat asimetris Muara Liang Anggang, sebuah kawasan strategis yang terletak ditengah-tengah akses perempatan jalan besar yang menghubungkan Kota Banjarmasin dengan Kota Banjarbaru ke arah Kalimantan Timur, juga akses menuju wilayah Kabupaten Tanah Laut sampai Kotabaru dan satunya lagi akses bebas hambatan menuju pelabuhan utama Banjarmasin, Trisakti.
Baca Juga: Â Pasar Tungging, Simalakama Pasar Rakyat "Berjadwal" Khas Urang Banjar
Jadi, selain tidak dimakamkan di taman makam pahlawan layaknya para pahlawan lainnya, lokasinya makamnya yang berada di jalur akses transportasi menjadi sangat mudah ditemukan dan yang tidak kalah menariknya, kawasan komplek makam yang berada tepat di titik sentral area perempatan asimetris yang berbentuk layaknya pulau seluas sekitar 1 ha lebih ini sangat strategis, baik sebagai pembagi sekaligus pemecah kepadatan arus lintas di jalur jalan A. Yani yang menghubungkannya dengan semua propinsi di Kalimantan tersebut, maupun sebagai destinasi pariwisata kedepannya.
Ini salah satu keunikan sekaligus daya tarik komplek makam Pahlawan Nasional Indonesia Brigjen (Purn) H. Hasan Basry,  putera kelahiran Kota Kandangan, ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, sama seperti tokoh nasional perintis industri penerbangan nasional Marsekal Muda Udara (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo yang namanya sempat diabadikan pada pabrik pesawat nasional Industri Pesawat Terbang Nurtanio atau IPTN yang sekarang berganti menjadi PT Dirgantara Indonesia. Â
Menariknya, kedua tokoh tersebut tidak hanya sama-sama tercatat lahir di Kota Kandangan saja, tapi juga sama-sama lahir di tahun yang sama, yaitu tahun 1923.