Si Biru Tanzanite nan Rupawan
Beberapa hari yang lalu dunia sempat dihebohkan oleh temuan dua bongkahan Tanzanite, batu permata paling langka di dunia berwarna biru keunguan sampai biru violet oleh seorang penambang tradisional dari Republik Bersatu Tanzania, Saniniu Laizer di sekitar kaki Gunung Kilimanjaro, Manyara, Tanzania Utara.
Viralnya penemuan bongkahan Tanzanite berukuran “raksasa” yang masing-masing mempunyai bobot 9,27 kg dan 5,8 kg tersebut, selain karena memecahkan rekor bobot penemuan sebelumnya oleh perusahaan tambang komersial sekitar 15 tahun silam yang hanya mencapai 3,38kg, Tanzanite yang akhirnya dibeli oleh pemerintah Tanzania seharga sekitar 47,6 miliar rupiah tersebut, otomatis menjadikan empunya kaya mendadak.
Tapi maaf, tulisan ini bukan bermaksud untuk mengulas lebih jauh tentang penemuan batu permata yang digolongkan sebagai salah satu dari “Big Five Gem” bersama dengan berlian, rubi, safir, dan zamrud yang konon menurut Ahli Geologi Tanzania, telah terbentuk sejak 585 juta tahun silam itu.
Penemuan Tanzanite dan viralnya kisah Saniniu Laizer yang menjadi milyader dadakan ini mengingatkan saya pada kenangan kolektif Urang Banjar terhadap Intan “Trisakti”, salah satu batu intan terbesar yang pernah ditemukan di Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kabupaten Banjar (sekarang Kota Banjarbaru), Kalimantan Selatan dan juga Indonesia yang pada saat penemuannya pada 26 Agustus 1965 atau sekitar sebulan sebelum meletus G 30 S/PKI sempat menghebohkan nusantara.
Menurut KBBI, berlian adalah intan yang sudah diasah dengan baik hingga cahayanya tampak indah. Sementara intan adalah, batu permata yang berkilau dan berasal dari karbon murni dalam bentuk kristal paling keras.
Sayang, batu intan mentah (permata) seberat 166,75 karat atau sebesar telur merpati yang menurut Tajuddin Noor Ganie, penulis buku “Tragedi Intan Trisakti”, harganya ditaksir mencapai 10 triliun rupiah itu sejak “dihadiahkan” kepada Presiden Soekarno beberapa hari setelah ditemukan, keberadaanya tidak diketahui sampai sekarang alias misterius! Ini yang akan kita bahas!
Intan Tri Sakti
Setelah ditemukan pada tanggal 26 Agustus 1965, batu intan tersebut diserahkan ke Pemda Kabupaten Banjar (saat itu Kota Banjarbaru belum terbentuk) tanpa sempat didokumentasikan sama sekali.
Dokumen foto justeru saya dapatkan di Kompasiana, dari sebuah artikel berjudul Lenyap Sejak 1965, Jejak Keberadaan Intan Tri Sakti Kalimantan Selatan Ditemukan karya tulisan dari Alimansyah Nurdin.