Seluruh pemeluk agama-agama yang ada di dunia, pasti sudah mafhum jika secara teologi diantara mereka memang tidak mungkin bisa untuk  "bertemu" dan rasanya memang sangat nggak penting sih untuk dipertemukan, betul?
Upaya untuk "mempertemukan" mereka secara teologis justeru akan menjadi bumerang penyebab perpecahan yang akan semakin meperlebar jurang pemisah dan besar kemungkinan juga akan menghancurkan potensi jalur-jalur lain yang lebih memungkinkan menjadi media pertemuan, seperti nilai-nilai moralitas dan juga kebajikan universal, dua dari sekian banyak "benang merah" antar pemeluk agama yang telah dieksplor.Â
"Benang Merah" Baru
Hari ini, saudara kita umat Budha merayakan Hari Raya Waisak ke  2564 Buddhis Era (BE), sedangkan beberpa hari kedepan, tepatnya pada Kamis, 21 Mei 2020 saudara kita umat Kristiani juga memperingati Hari Kenaikan Isa Almasih. Rentetan peringatan dua hari besar agama berbeda di bulan Mei 2020 ini menjadi menarik karena berbarengan juga dengan umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa ramadhan sebulan penuh, sejak Jumat, 24 April  sampai 23 Mei 2020 mendatang dan semakin menarik ketika semuanya harus dilaksanakan dalam situasi kedaruratan akibat pandemi virus corona atau covid-19.
Sejak bangsa ini berdiri, kita semua menyadari sebuah fakta yang tidak bisa kita pungkiri, bahwa kita berdiri dari keberagaman yang berikrar menjadi satu, seperti tercermin dalam sebaris mantra sakti pengikat persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa dan negara berdaulat dalam kerangka NKRI alias Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika.Â
Momentum peringatan beberapa hari besar agama berbeda yang berbarengan dengan bulan Ramadan sebenarnya sudah biasa, bahkan bisa dibilang teramat biasa bagi negeri  ber-Bhinneka Tunggal Ika seperti Indonesia.  Tapi, situasi dan kondisi saat ini berbeda!Â
Sang Khalik yang berkuasa atas segala sesuatu telah berkehendak, menurunkan pasukan super kecil bernama covid-19 untuk memaksa kita semua  menjalankan ritual ibadah dalam rangka hari raya tersebut, termasuk semua ritual ibadah umat Islam selama bulan Ramadan  di rumah masing-masing. Ada apa sebenarnya?
Untuk kita, sepertinya Sang Khalik ingin menunjukkan "benang merah" baru, yaitu kesamaan posisi sebagai sesasama makhluk-Nya dan juga sesama korban pandemi covid-19 yang berpotensi menjadi media titik temu antar umat beragama untuk saling membuka diri dan berkomunikasi lebih intensif guna sama-sama berperan aktif memupuk optimisme komunal dalam rangka berupaya secara bersama-sama keluar dari himpitan pandemi covid-19 Â Â