Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

28 Maret Hari Bekantan, Semangat Pelestarian Si Monyet Belanda dari Kalimantan Selatan

28 Maret 2020   20:42 Diperbarui: 28 Maret 2020   21:04 7591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, tepat tanggal 28 Maret 2020 merupakan hari spesial  bagi Bekantan (Nasalis Larvatus), Si Monyet Belanda, primata endemik Pulau Kalimantan yang mempunyai cirikhas fisik mencolok berupa hidung besar dan panjang (ada yang menyebutnya mancung) plus rambut cokelat kemerahan disekujur tubuh yang membuatnya terlihat lebih stylist dan eksotis.

Sepertinya ciri-ciri itu juga yang menyebabkan primata unik ini di jadikan maskot oleh Dunia Fantasi atau yang lebih kita kenal sebagai Dufan di Ancol. Hayoooo, sudah pada ngeh belum?

Maskot Dufan (dufan.ancol.com)
Maskot Dufan (dufan.ancol.com)
Hari bekantan adalah sebuah gerakan moral di bidang konservasi yang diinisiasi oleh Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Foundation yang domotori oleh Amalia Rezeki, dosen muda Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin dan komunitas pecinta lingkungan di Kalimantan Selatan lainnya dengan tujuan sebagai "pemicu" gerakan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian hewan langka terancam punah yang hanya hidup di Pulau Kalimanatan tersebut. 

Sedangkan pemilihan tanggal 28 Maret, didasarkan pada penetapan secara resmi Bekantan sebagai maskot provinsi Kalsel oleh DPRD Kalimantan Selatan pada tahun 1990 dan sekarang, kalau anda jalan-jalan ke Banjarmasin maka anda bisa melihat maskot Kalimantan Selatan tersebut dalam ukuran raksasa di tepian Sungai Martapura.

Pencanangan atau launching Hari Bekantan ini sendiri pada 28 Maret 2015  dilakukan oleh Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Foundation didukung oleh berbagai pihak, mulai dari instansi pemerintah, swasta dan juga elemen komunitas pecinta lingkungan di Kalimantan Selatan lainnya di Pulau Bakut, yaitu sebuah delta yang membentuk pulau di tengah Sungai Barito yang juga menjadi titik tengah sekaligus pilar tengah Jembatan Barito yang sekarang menjadi pusat labaratorium konservasi Bekantan di Kalimantan Selatan, ditandai dengan pelepas liaran bekantan dan penanaman pohon rambai sebagai tanda dimualinya gerakan pelesatrian bekantan dan lingkungannya.

"Selamat Hari Bekantan ke-5, 28 Maret 2020"

Pada kesempatan tersebut juga dilakukan MoU antara ULM (Universitas Lambung Mangkurat) - Biodeversitas Indonesia, ULM (Universitas Lambung Mangkurat)- BKSDA Kalsel,  serta pengukuhan Duta Bekantan untuk Indonesia dan Duta Bekantan untuk Jerman yang di wakili Franciska Puch.

(tarungnews.com)
(tarungnews.com)
Mengenal Bekantan si Monyet Belanda

Bekantan (Nasalis Larvatus) maskot (fauna identitas) provinsi Kalimantan Selatan yang ditetapkan berdasarkan SK Gubernur Kalsel No. 29 Tahun 1990 tersebut, di mancanegara dikenal sebagai Long-Nosed Monkey atau Proboscis Monkey. Di Malaysia disebut dengan nama Kera Bekantan, Bangkatan di Brunei Darusalam dan Neusaap di Belanda. Sedangkan kami, orang Kalimantan sendiri memberikan beberapa nama untuk si kera seksi satu ini seperti Kera Belanda, Monyet Belanda,  Pika, Bahara Bentangan, Raseng, dan Kahau.

Secara umum ciri fisik Bekantan adalah, tinggi badan jantan adalah 2 sampai 2,5 kaki (66-72 cm) dengan berat 16-23 kg, sementara untuk betina tingginya 1,7-2 kaki (53-61 cm) dengan berat hanya sekitar 7-11 kg dan panjang ekor sama dengan badan. Bekantan juga dikenal sebagai hewan yang senang hidup berkelompok 12-27 ekor, sampai 60-80 jantan dan betina. 

Bekantan masuk dalam keluarga spesies Genus Nasalis yang memiliki dua subspecies, yaitu  Nasalis larvatus larvatus yang tinggal hampir di seluruh bagian pulau Kalimantan dan Nasalis larvatus orientalis yang berdiam hanya di bagian timur laut dari Pulau Kalimantan. Bekantan merupakan salah satu penghuni ekosistem hutan lahan basah, seperti hutan bakau, hutan mangrove, hutan dataran rendah dekat air tawar, dan sungai yang sulit ditangkap.

Pada tahun 1994, populasi bekantan di Kalimantan ditaksir sejumlah 114.000 ekor (Bismark, 2002). Namun dalam simposium PHVA bekantan tahun 2004, populasi bekantan ditaksir tinggal 25.000 ekor dan yang berada di kawasan konservasinya 5.000 ekor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun