Kota Martapura, ibu kota Kabupaten Banjar di Kalimantan Selatan, selain dikenal dengan beragam batuan mulianya, juga kesohor dengan julukannya sebagai Serambi Mekah-nya Kalimantan Selatan.
Martapura Kota Santri
Wajar, karena di kota yang pernah menjadi pusat pemerintahan sekaligus saksi bisu kejayaan Kesultanan Banjar inilah, ditangan 12 sultan yang pernah memerintahnya, nafas peradaban Islami yang dibangun sejak ratusan tahun silam masih kental terasa dan terlihat sampai detik ini.Â
Kalau anda masih ingat dengan lagu qasidah legendaris berjudul Kota Santri, seperti narasi dalam lirik lagu qasidah itulah suasana pagi dan sore hari di kota Martapura. Â
Suasana di kota santri
Asyik senangkan hati
Tiap pagi dan sore hari
Muda-mudi berbusana rapi
Menyandang kitab suci
Hilir-mudik silih berganti
Pulang-pergi mengaji
Nafas ke-Islaman yang begitu kental terasa dan terlihat begitu meneduhkan di Kota Martapura sampai saat ini, tidak terlepas dari peran para tetuha (moyang ; bahasa Banjar) sejak ratusan tahun silam, yaitu para alim ulama bumi Banjar yang sebagian besar memang bermukim di seputar Kota Martapura, Kota tua yang juga dikenal sebagai kampung halaman dari para ulama besar bumi Banjar ini.Â
Baca Juga :  Mengenal Datu’ Kalampaian dan 4 Serangkai Ulama dari Tanah Jawi (Melayu) Inspirasi Nusantara
Di Martapura, para tetuha, alim ulama ini membangun pondok pesantren yang sampai sekarang masih eksis dan banyak bertebaran di seluruh sudut Kota Martapura, berikut puluhan ribu santrinya yang datang dari berbagai kota di seluruh pelosok nusantara.
Selain pesantren, salah satu peninggalan sejarah peradaban Islam di Kota Martapura yang telah berusia ratusan tahun dan sampai sekarang tetap menjadi simpul dari aktifitas reliji, sosial dan budaya masyarakat kota adalah Masjid Jami Martapura yang mulai dibangun pada tanggal 10 Rajab 1315 H atau 5 Desember 1897 M ada juga yang menyebutnya tanggal 10 Muharram 1280 H atau 27 April 1863 M. Wallahu A'lam Bisshawab.
Lorong Beranda Masjid | @kaekaha
![Lorong Beranda Masjid | @kaekaha](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/30/img-0566-lg-1100-5eaa4e63d541df6c090f2142.jpg?t=o&v=770)
Megahnya Arsitektur Masjid Al Karomah
Masjid Jami Martapura yang sejak tanggal 12 Rabiul Awal 1415 H atau 20 Agustus 1994 namanya dirubah menjadi Masjid Agung Al Karomah ini, seperti layaknya bangunan-bangunan di bumi Banjar pada umumya, pada awal didirikannya menggunakan struktur kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) untuk semua bagian bangunannya, mulai dari pondasi, rangka, dinding, lantai, sampai atap sirap berbentuk tumpang limas segi empat dan meruncing di bagian atas mirip dengan atap Masjid Sultan Suriansyah, di Kota Lama Kuin yang memang menginduk pada arsitektur dari Masjid Agung Demak.Â
Baca Juga : Â Masjid Sultan Suriansyah, Monumen Berdirinya Kota BanjarmasinÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!