Sekapur Sirih Sosok Allahyarham (Alm) Tuan Guru KH Muhammad Zaini Abdul Ghani Al-Banjari
Allahyarham (Alm) Tuan Guru KH Muhammad Zaini Abdul Ghani Al-Banjari atau oleh masyarakat Banjar di sebagian besar wilayah Pulau Kalimantan biasa disebut sebagai Guru Ijai atau Abah Guru Sekumpul, merujuk pada nama kampung di Kota Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan tempat rumah tinggal dan juga musholla yang dijadikan Sidin (beliau) untuk memberikan pengajian kepada seluruh jamaah, merupakan tokoh ulama kharismatik dari tanah Banjar yang masih zuriat (keturunan) Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, Ulama besar yang menjadi soko guru para ulama di Kalimantan yang begitu dekat dan sangat dicintai oleh masyarakat Banjar.Â
Saking cinta dan dekatnya, menjadi hal yang biasa jika sebagian besar masyarakat Banjar sampai merasa perlu memajang "gambar" (sebutan foto dalam bahasa Banjar) Sidin di rumah, bahkan juga di berbagai tempat usaha yang dimiliki, terutama toko atau warung makan.
Abah Guru Sekumpul meninggal dunia di Martapura pada usia 63 tahun pada Rabu pagi, 10 Agustus 2005 setelah sehari sebelumnya tiba dari menjalani perawatan sekitar sepuluh hari di RS. Mount Elizabeth Singapura.Â
Artinya, 15 tahun sudah sidin telah meninggalkan umat yang biasa mendengarkan tausiah-tausiah sidin, sosok ulama panutan yang selalu menggelorakan salawat Nabi dan penghimpun syari’at, thariqat dan haqiqat, juga seorang hafazh beserta tafsirnya, yaitu tafsir Al-quran al-‘azhim lil-Imamain al-Jalalain.
Semasa hidup, Abah Guru Sekumpul rajin memimpin pengajian di komplek Ar-Raudhah, Sekumpul, Martapura, tiap Minggu sore dan Kamis sore untuk jemaah pria dan Sabtu pagi untuk wanita, kecuali saat sidin sakit.Â
Saat sakit, Abah Guru Sekumpul tetap memberikan tausiyah dengan cara bersandar di tepi ranjang di dalam kamar dan disiarkan secara live melalui jaringan televisi lokal yang saat itu bisa diakses dari layar televisi di rumah-rumah penduduk di sekitar kompleks Ar Raudhah yang terbuka lebar menerima jamaah dari penjuru daerah yang datang.
Ini yang unik!
Untuk mengikuti pengajian sidin diakhir 90-an, jamaah memang tidak harus datang langsung ke komplek Ar-Raudhah tempat Sidin memberikan pengajian yang biasanya telah penuh sejak beberapa jam sebelum dimulai bahkan pada momen tertentu bisa penuh sehari sebelumnya, tapi pengajian juga bisa diakses dari rumah-rumah penduduk, juga warung dan disekitar komplek Ar-Raudhah.
Haul Ke-15 Allahyarham (Alm) Tuan Guru KH Muhammad Zaini Abdul GhaniÂ