Kota Medan ibu kota Propinsi Sumatera Utara dikenal luas sebagai salah satu kota dengan penduduk multietnis yang heterogen, tidak heran jika kemudian Kota terbesar ke-3 di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya ini juga menyimpan beragam sisi unik bersifat endemis yang sebagian diantaranya merupakan konsekuensi dari pertemuan dan interaksi beragam embrio budaya dalam "periuk" bernama Kota Medan.
Beragam sisi unik Kota Medan sejak lama telah masuk dalam memori "radar" saya, penikmat eksotika ragam seni, tradisi dan budaya nusantara. Bahkan, sejak lama saya telah menempatkan Kota Medan dan Sumatera Utara di urutan ke-2 setelah Kota Padang dan Sumatera Barat, dalam daftar waiting list kota wajib  kunjung dalam rangka mewujudkan cita-cita saya untuk keliling Indonesia, suatu saat nanti! Tolong di aminkan ya ...
Saya mengenal nama Kota Medan pertama kali dari dunia sepakbola tahun 80-90an. Makanya, setiap mendengar kata Medan yang pertama muncul dalam benak saya adalah PSMS Medan, klub sepakbola berjuluk "Ayam Kinantan" kebanggaan masyarakat Kota Medan  dan juga saudara mudanya Si- "Traktor Kuning" alias PSDS Deli Serdang, si kuda hitam pada kompetisi sepakbola perserikatan di era 80-90an.
Hanya saja, poin utama ketertarikan saya pada Destinasi Kota Medan dan Sumatera Utara, pada dasarnya adalah "magnet" sejarah diaspora masyarakat Jawa ke Tanah Deli yang dimulai sekitar akhir abad 19. Â
Seperti diaspora masyarakat Jawa di Kalimantan Selatan dan sekitarnya yang melahirkan entitas budaya bernama Jawa Gambut dengan berbagai cirikkhas dan keunikan budayanya atau di Merauke yang melahirkan entitas budaya dengan label Jamer atau Jawa Merauke yang berhasil menularkan budaya bercocok tanam dengan sistem sawah di tanah Papua.
Begitu juga entitas Jaton, Jawa-Tondano di Sulawesi Utara yang dikenal sebagai keturunan dari para Ksatria Kesultanan Yogyakarta pimpinan Kyai Modjo, salah satu panglima perang dalam perang Diponegoro yang ditahan dan dibuang ke tanah Toar Lumimuut di bumi Minahasa. Setelah berbaur dan kawin-mawin dengan masyarakat setempat, anak-cucu pengikut Kyai Modjo ini juga memberi warna budaya yang tidak kalah unik pada tanah di tepian Danau Tondano di tengah-tengah Minahasa di jazirah utara pulau Sulawesi.
Baca Juga :  Mengenal Entitas Budaya "Jawa Gambut" di Kalimantan Selatan            Â
Khusus di Medan, saya sudah pasti sangat tertarik dengan semua aspek dari paguyuban Pujakesuma alias Putera Jawa Kelahiran Sumatera yang terbentuk di tahun 1980-an sebagai representasi entitas budaya masyarakat Jadel atau Jawa-Deli dalam upayanya mewarnai keberagaman sosial budaya Kota Medan, salah satunya melalui kesenian Kethoprak Dor.
Landmark  Kota Medan
Menurut sejarahnya, Kota Medan yang dibangun pertama kali oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi di pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura yang diperkirakan pada tahun 1590, sehingga Pemko Medan menetapkan Hari Jadi Kota Medan 1 Juli 1590.Â
Untuk mengenang jasa Guru Patimpus, Pemko Medan mendirikan patung atau tugu Guru Patimpus di Jalan Guru Patimpus Kecamatan Medan Petisah hanya dua ratusan meter dari Kantor Walikota Medan.