Diantara sekian banyak jembatan yang sekarang dibangun atau juga direnovasi, Jembatan Sei Alalak yang menghubungkan Kota Banjarmasin dan Kabupaten tetangga Barito Kuala yang beribu kota di Marabahan merupakan proyek yang paling banyak menyedot perhatian masyarakat.Â
Setidaknya ada dua hal yang menjadikan pembangunan Jembatan Sei Alalak lebih "fenomenal" dibanding pembangunan jembatan-jembatan lain di Banjarmasin yang sekarang sedang dalam tahap pengerjaan, yaitu :Â
Pertama, Jembatan Alalak merupakan penghubung utama alias jalur utama mobilisasi masyarakat dari dan ke Kota Banjarmasin dari arah Kabupaten Barito Kuala dan juga beberapa daerah di Kalimantan Tengah lainnya, sehingga sempat menimbulkan "kegaduhan" ketika harus ditutup dan juga ada pembebasan lahan karena proyek pembangunan jembatan baru.
Kedua, Desain unik dan teknologi modern yang diadopsi untuk membangun jembatan yang baru ini sangat menarik perhatian masyarakat, apalagi sebelumnya lebih dulu disosialisasikan kepada masyarakat akan didesain menjadi landmark baru Banjarmasin, Barito Kuala dan tentunya Kalimantan Selatan.Â
Jembatan Lengkung "Cable Stayed" Alalak, Landmark Baru Kalimantan Selatan
Jembatan Sei Alalak yang konstruksi jembatannya menggantung dan melengkung seperti busur, mengadopsi sistem Cable Stayed, yaitu model konstruksi jembatan yang menggunakan kabel-kabel baja berkekuatan tinggi sebagai penggantung yang menghubungkan ruas gelagar dengan menara jembatan.
Jembatan Sei Alalak yang ditargetkan rampung dibangun pada Desember 2020 ini, mempunyai spsesifikasi lebar 20 meter yang terbagi menjadi 4 lajur dalam dua arah dengan panjang total 850 meter.Â
Selain itu, Jembatan berharga Rp. 290 miliar (40% -nya khusus hanya untuk pondasi saja) yang  didesain bisa tahan gempa ini juga didesain dengan masa fungsi selama 100 tahun dan akan memberlakukan batas maksimal bobot kendaraan yang bisa melintas, yaitu maksimal 10 ton.