Mulai beroperasi sejak awal April 2019 dengan didukung fasilitas empat sel landfill dengan luas total 8 hektare, unit pengolah lindi, instalasi cuci kendaraan, jembatan timbang, kantor dan pos jaga.Â
Pada prinsipnya, fungsi sel landfill adalah untuk mencegah pencemaran lingkungan akibat timbunan sampah  yang masa manfaat setiap sel-nya diharapkan bisa sampai 10 tahun. Untuk cara kerjanya, sampah yang masuk adalah sampah sisa atau 30 persen dari sampah awal yang telah dipilah dan dipilih, kemudian dilapis tanah.Â
Secara teknis, TPA Regional Banjarbakula mampu menampung 790 ton sampah/hari yang dihasilkan oleh sekitar  475.000 jiwa di lima Kota/Kabupaten di Kawasan Metropolitan Banjarbakula dengan rincian jatah alokasi sampah/hari sebagai berikut, Kota Banjarmasin maksimal 440 ton, Kota Banjarbaru 200 ton, Kabupaten Banjar 70 ton, Kabupaten Barito Kuala 40 ton dan Kabupaten Tanah Laut 40 ton dengan biaya resmi sesuai perjanjian kerja sama (PKS) yang disepakati sebesar ton Rp.68.350/ton.
Untuk sampah cairan atau air lindi yang berasal dari sampah basah, terlebih dahulu diolah menjadi air bersih yang bebas zat kimia, sehingga tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan di sekitar TPA regional Banjarbakula. Selain itu, TPA Banjarbakula juga dilengkapi dengan instalasi pencucian armada truck, untuk mencuci atau membersihkan truck yang telah selesai membongkar sampah di TPA, sehingga truck yang keluar dari TPA wajib sudah dalam kondisi bersih lagi.Â
Memang benar kata Presiden Joko Widodo, dari segi teknologi memang sudah ada TPA serupa Banjarbakula yang lebih dulu dibangun di Indonesia, yaitu TPA Manggar di Balikpapan, Kalimantan Timur dan di  Bali.
Tapi dari konsep pembangunannya yang melibatkan beberapa pemerintahan Kota/Kabupaten yang dikoordini Gubernur, TPA Banjarbakula merupakan satu-satunya dan yang pertama di Indonesia, bisa ditiru untuk dijadikan contoh oleh propinsi lainnya."
Hanya saja, baik teknologi maupun konsep pembangunan TPA Banjarbakula ini belum tentu cocok untuk diterapkan di daerah lain.
Tapi setidaknya konsep kolaboratif dan koordinatif yang dibangun atas dasar semanagt kebersamaan dan gotong royong yang harus membuang jauh-jauh ego masing-masing pihak yang terlibat, layaknya falsafah Urang Banjar yang juga ditahbiskan sebagai motto Kota Banjarmasin, Kayuh Baimbai ini bisa menjadi referensi konstruktif untuk membangun daerah masing-masing, demi kesejahteraan rakyat dan kemaslahatan umat.
Semoga bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!