Waktu baru menunjukkan pukul 02.30 WIB, ketika alarm yang sengaja saya setting di HP saat itu benar-benar "menyalak" membangunkan kami, saya dan Ki Demang sesama "Laskar Gerhana Matahari" asli dari Purwokwerto yang malam itu kebetulan dapat kamar paling ujung dan paling atas di Hotel Puncak, Tanjung Pandan, Belitung.
Menurut panitia, karena untuk dua minggu sebelum dan sesudah GMT (Gerhana Matahari Total) Rabu, 9 Maret 2016, semua hotel di Pulau Belitung (jadi tidak hanya di Kota Tanjung Pandan saja!) full booked alias penuh, jadi tidak ada pilihan!
So, nikmati aja ya meski dapat kamar paling atas dan paling ujung! Pesen Om Gajah, salah satu panitia penanggung jawab akomodasi kami selama di Belitung. Emang benar sih, sejak masuk hotel terlihat banget kesibukan kru hotel dan tamu yang lalu-lalang di lobi, sampai-sampai untuk naik ke atas pakai lift harus sabar ikut antrian. Selain turis asing, sepertinya hotel ini dipenuhi para jurnalis yang datang dari berbagai negara dan daerah di Indonesia.
Takut kelewatan dan ditinggal bus panitia yang menurut rundown acara yang telah dibagikan sejak kami masih di rumah masing-masing seminggu sebelumnya.
Pukul 03.00 bis harus cabut dari hotel dan langsung menuju dermaga Tanjung Batu tempat tambat Kapal Patroli BAKAMLA (Badan Kemanan Laut) KN 4801 Bintang Laut yang sengaja disiapkan bagi kami, Laskar Gerhana Matahari untuk menyaksikan sekaligus mengamati detik-detik terjadinya salah satu fenomena alam paling akbar di abad 21 tersebut.
Sesampainya di dermaga Tanjung Batu, benar juga! Kami telah ditunggu oleh armada BAKAMLA berikut kru dan pasukan militer yang menyertai. Satu per-satu, "Laskar Gerhana Matahari" yang terdiri dari blogger, fotografer dan jurnalis berjumlah sekitar 20 orang plus beberapa  panitia langsung naik ke Geladak KN 4801 Bintang Laut.
Setelah prosesi selamat datang dari pimpinan BAKAMLA dan juga para awak kapal yang diakhiri dengan doa bersama untuk kelancaran acara,
Akhirnya kapal patroli KN 4801 Bintang Laut langsung bergerak di dalam gelap malam yang sama sekali tidak memperlihatkan apa-apa selain lampu-lampu dari dermaga dan beberapa lampu kapal yang ada di tengah lautan, termasuk lampu dari satu kapal pesiar mewah yang sejak sehari sebelumnya sudah sandar di perairan seputar Selat Berhala, Belitung.
Setelah berlayar beberapa jam, selarik cahaya merah di ufuk timur mulai menyeruak di angkasa seiring dengan kumandang Azan Subuh yang sayup-sayup mulai terdengar dan saat itu awak kapal KRI ternyata telah mempersiapkan karpet di geladak untuk sholat subuh berjamaah.