Jaket kulit Garut atau jaket kulit buatan perajin dari sentra industri kulit Sukaregang, Garut, Jawa Barat tidak hanya dikenal luas di Jawa Barat dan sekitarnya, tapi sudah mencakup level nasional bahkan sudah go internasional.
Seperti dituturkan oleh M. Lutfi Sidiq produsen sekaligus pemilik toko kerajinan kulit Astiga, Garut, salah satu produsen sekaligus toko kerajinan kulit tersohor di Kota Garut yang pernah membuka cabang toko retail sampai ke Malaysia dan beberapa kota besar di Indonesia lainnya dan sering mendapatkan pesanan produk jaket kulit dari luar negeri.Â
Nama Astiga, menurut empunya toko merupakan singkatan dari Asli Ti Garut yang dalam bahasa Indonesia artinya Asli dari Garut
Sentra industri kerajinan kulit di Kota Garut sebagian besar berada di kawasan Sukaregang dan beberapa desa/kelurahan di sekitarnya yang masih masuk wilayah Kecamatan Kota Garut.
Di kawasan ini, sebagian besar toko yang memajang semua produk hasil kerajinan kulitnya menjadi satu dengan workshop atau tempat produksi, beda ruangannya saja. Toko biasanya di bagian depan, sedangkan area ruangan workshop biasanya di bagian belakang atau di bagian atas toko.
Produk hasil kerajinan kulit dari Sukaregang yang paling terkenal adalah produk fashion berupa jaket kulit yang di luar Garut biasa dikenal dengan sebutan "Jaket Kulit Garut".
Walaupun sebenarnya hampir semua produk fashion dan aksesoris berbahan dasar kulit seperti rompi, topi, sepatu, boot, sandal, tas, dompet, gelang, tas sepeda/sepeda motor, bahkan sampai kursi-pun juga dikerjakan oleh perajin Sukaregang.
Menurut M. Lutfi Sidiq, mungkin karena kualitas jaket kulit Garut yang dikenal sampai mancanegara merupakan jaket dengan kualitas terbaik yang dibuat dari 100% kulit domba yang halus, lembut, dan mempunyai elastisitas lebih baik jika dibanding kulit kambing, sapi, maupun kerbau yang lebih dulu dikenal masyarakat dunia, maka akhirnya produk jaket kulit inilah yang paling identik dengan Garut.Â
Menurut M. Lutfi Sidiq, secara spesifik, ada 4 (empat) jenis kulit yang dimanfaatkan para perajin di Sukaregang, yaitu sekitar 70 % kulit domba, sedangkan sisanya sebanyak 30% kulit kambing, sapi, dan sebagian kecil kulit kerbau.
Masing-masing, jenis kulit tersebut mempunyai spesialisasi peruntukan yang berbeda-beda juga, sesuai dengan sifat alamiah masing-masing kulit.