"Malam ni tunggingkah?"
Pertama kali mendengar kalimat diatas hampir 20 tahun yang lalu, awalnya sempat membuat saya syok! Bagaimana tidak, dengan logat dan cara berbicara khas Urang Banjar yang cepat dan seperti dilipat-lipat, isi pembicaraan suami istri pemilik warung makan ini benar-benar membuat saya melongo dan tercengang.Â
Adanya unsur kosakata yang identik dengan bahasa Indonesia, "malam" dan"tungging" yang terucap tidak begitu jelas pelafalannya, tapi nyaring sampai di telinga saya, sukses mengecoh saya dari maksud pembicaraan yang sebenarnya dari suami isteri pemilik warung sebut saja, Amang (Paman) Yadi dan Acil (tante) Idah tersebut.Â
Saya yakin, jika anda ada di posisi saya saat itu, intrepretasi yang terlahir dalam pikiran anda pasti kurang lebih sama dengan yang saya rasakan saat mendengar dialog antara suami-istri pemilik warung tersebut dan anda pasti tahu kemana arah otak saya berpikir?
Jadi, pelajaran pentingnnya! Sebaiknya, kita memang tetap bijak menyikapi situasi dan kondisi yang kita benar-benar belum memahami duduk perkara dan juga hal ihwal yang sebenarnya dan semestinya! Jangan seperti saya, belum-apa-apa sudah ngeres duluan mendengar kata malam dan tungging! He...he...he...
Demi melihat ekspresi "melongo" saya, sepertinya suami istri pemilik warung/kedai rumah makan yang kelak menjadi guru privat saya belajar "conversation" bahasa Banjar ini menyadari "ngeresnya"Â otak saya saat itu.
Akhirnya beliau dengan suka dan rela membantu saya memahami maksud dan isi pembicaraannya dengan sang istri, terkait kosakata malam dan tungging yang ternyata membahas pasar tungging. Itulah fragmen setengah "horor" perkenalan saya pertama kali dengan pasar tungging.
Pasar tungging adalah pasar tradisional keliling dan berjadwal khas Urang Banjar yang setiap Ahad (Minggu ; Bhs Banjar) malam atau malam Sanayan (Senin; Bhs Banjar) kebetulan jadwalnya ada di sepanjang jalan A. Yani Km. 10 alias di seberang warung makan Barokah milik Amang Yadi dan Acil Idah atau di ruas jalan A Yani yang ke arah Kota Banjarmasin.
Asal-usul nama pasar tungging diambil dari aktifitas penjual dan pembeli yang sama-sama nungging (kata kerja dari tungging; jongkok) ketika saling berinteraksi.Â
Pasar tungging ini kalau di daerah lain, mungkin mirip-mirip dengan pasar dadakan, pasar tumpah, pasar malam atau pasar-pasar tidak permanen lainnya, mungkin yang membedakan adalah adanya jadwal tetap di masing-masing lokasi untuk putaran satu minggu pada pasar tungging.